Senin, Agustus 23, 2010

Untuk Kawanku yang Merindukan Kebebasan

Oleh: Fariha Ilyas




Menengadah ke langit...
Memandang ujung penghabisan...

Beberapa waktu aku termenung menapaki kisah hidupmu yang mungkin telah terlewatkan dan akan terlewatkan olehku.

Kawan, memang tak begitu lama aku mengenalmu. Namun rasanya sudah dapat kuketahui sedikit tentang apa yang kau sembunyikan, kau sembunyikan dari dunia sekitarmu, bahkan kau sembunyikan dari dirimu sendiri.

Mungkin aku terlalu mengada-ada namun sebenarnya semua ini pernah dialami oleh seseorang. Aku yakin bahwa segala yang kau rasakan tidak hanya disebabkan peristiwa-peristiwa yang baru saja terjadi. Namun hal ini dimulai jauh saat masa kanak-kanakmu, saat kebebasanmu dibatasi. Kau pernah mengatakan kepadaku tentang gejolak hatimu tentang semua yang kau alami. Namun saat itu kau katakan bahwa tak ada keberanian untuk melawan ini semua.

Aku yakin kau punya keberanian, karena apa yang kau lakukan beberapa waktu terakhir ini adalah sebuah pilihan-pilihan berat yang harus kau hadapi, dan butuh lebih dari sekedar keberanian untuk menghadapinya. Kau tidak sadar bahwa kau rindu pada kebebasan. Aku yakin kau selalu ingin memilih nasibmu sendiri, memilih jalan hidupmu sendiri. Apa yang pernah kau katakan tentang kepatuhan itu sebenarnya bukan sesuatu yang kau lakukan, karena kau telah bosan melakukannya. Karena kepatuhan-kepatuhan itu kau rasakan melukai hatimu, merenggut kebebasanmu. Dan kau sangat merindukan kebebasan itu.

Kepingan peristiwa tentangmu pelan-pelan kususun kembali. Dan saat kutemukan titik di mana kau mulai sadar tentang kebebasanmu yang hilang, aku mengerti kau sangat merindukannya. Dan sekarang kau telah lahir sebagai seseorang yang utuh, dengan kebebasanmu dan segala pilihan yang terlontar ke arahmu. Namun perlu kau ingat, kawan, kebebasan itu seperti berkah yang tercampur, karena dengan menjadi bebas, kita sekaligus dihadapkan dengan pilihan-pilihan, dan yang tidak dapat dipilih adalah menghentikan proses memilih itu sendiri. Semoga orang-orang yang menyayangimu bisa mengerti tentang segala kerinduanmu itu. Rindu akan kebebasan itu.

Kawanku, rasanya hanya itu yang dapat kupahami tentang dirimu yang sebenarnya. Aku hanya ingin katakan bahwa kerinduanmu akan kebebasan itu telah membuatmu menjelma menjadi wanita yang dewasa. Sadarkah kau?

Meretas jalan...
Merajut angan...

(Siang terik, Yogyakarta, 1 Mei 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya