Senin, Agustus 23, 2010

Kupu-Kupu Kata-Kata #5

Oleh: Fariha Ilyas

Bihun Rindu



Dikisahkan oleh yang empunya kisah, bahwa pada suatu masa hiduplah seorang gadis bernama Srintil (kok jadi kaya Ronggeng Dukuh Paruk-nya Ahmad Tohari ya?). Hhmm…gak masalah ya….ayolah….aduh, gimana mulainya ya? Hhhmmmm, biarkan kupu-kupu kata-kata yang berkisah…

Alhamdulillah…eh…alkisah, di negeri Pawonan Hadiningrat yang makmur, hiduplah seorang putri bernama Srintil, Srintil adalah putri Raja Baihon dari permaisurinya Ratu Kemiri, Ratu Kemiri meninggal saat Srintil masih kecil. Ratu Kemiri meninggal karena deman berdarah (tuh, Ratu aja kena, apalagi Lo?) bersihin tuh bak mandi lo!!

Sejak kecil Putri Srintil hidup dalam kemewahan istana. Srintil ditemani oleh 2 pengasuh, 8 pelayan dan 12 prajurit yang siang-malam bergantian menjaga Srintil. Segala yang Putri Srintil butuhkan selalu tersedia. Demikian pula soal makanan, jika Putri Srintil lapar maka ia tinggal menekan nomor 14045 (kayaknya ini nomor restoran cepat saji yang terkenal, busyet! Berarti udah lama juga restoran ini berdiri, sejak zaman kerajaan coy! Segalanya telah disiapkan oleh juru masak istana. Untuk mandi, berdandan, jalan-jalan, atau seikadar memasang pembalut saat Putri Sritil datang bulan pun sudah ada pelayan yang membantunya. Maklumlah, putri raja gitu loohhh…

Namun demikian Putri Srintil bukanlah seorang putri yang manja. Semua hal yang berkaitan dengan dirinya ia kerjakan sendiri, termasuk memasang pembalut tadi, masak udah perawan masang pembalut aja dipasangin? Eh udah ah jangan ngomongin pembalut! Lagian pembalut itu kan sesuatu yang agak tabu dibicarakan (Eh, udaaahhh, jangan ngomong pembalut lagi!!!). Lagian apa sih susahnya memasang pembalut? (stop!!stop!! udah ah jangan ngomongin pembalut lagi tolol!!!)

Putri Srintil mempunyai kegemaran yang tidak lazim untuk seorang putri raja, memasak. Harap dipahami bahwa pada masa itu, adalah sebuah larangan keras bagi putri raja untuk memasuki dapur apalagi memasak. Kepercayaan itu sudah diyakini berabad-abad. Tetapi Srintil sepertinya tidak peduli, hampir setiap hari waktunya dihabiskan untuk memasak, ia mencoba mengkombinasikan bermacam-macam sayuran dan bumbu-bumbu sehingga ia banyak melahirkan bermacam-macam makanan yang sekarang kita kenal. Diantaranya : Rawon, Rendang, Sayur Bobor, dan yang paling terkenal: Botok Lamtoro (petai cina), itu semua adalah hasil racikan putrid Srintil, kawan.
Hari berganti hari, Srintil semakin asyik dengan kegemarannya, hingga pada suatu hari, Raja Baihon mendengar tentang kegemaran Putri Srintil yang melanggar adat tersebut. Maka dipanggillah Putri Srintil oleh ayahnya.

“Putriku, aku mendapat laporan bahwa kegemaran memasakmu telah melampaui batas. Benar demikan?
“Ampun Ayahanda, hali itu memang benar adanya, apakah ada yang kurang berkenan di hati Ayahanda?”

“Putriku, tahukah engkau bahwa seorang putri raja tidak boleh memasak, itu melanggar adat, kau mengerti kan?”

“Ampun Ayahanda, hamba mengerti, namun hamba tidak bisa memahami apa maksud larangan itu”
“Engkau adalah putriku, putri Raja Baihon, siapa yang tak mengenal aku? Aku adalah raja yang menguasai seratus negeri, kekuasanku tersebar dari padang, Palembang, Yogya, hingga Makassar. Tahukah kau?

“Ampun ayahanda, hamba mengerti, padang adalah asal sambal balado, Palembang adalah asal empek-empek, Yogya terkenal dengan gudeg, Makassar? Siapa yang tak kenal coto Makassar?
“?????!!!!!”
“Putriku, ayahanda sebenarnya telah lama tahu akan kegemaranmu, namun karena aku sangat menyayangimu, aku biarkan kau memasak. Kali ini aku tak bisa membiarkanmu lagi. Kegemaranmu telah membuatmu malas belajar. Aku ngin kau belajar kitab-kitab sastra atau menari. Ayahanda telah mendatangkan guru tari terbaik dari seluruh negeri, atu jika kau ingin, ayahanda akan mendatangkan penari perut terbaik dari mesir untuk mengajarimu (sekaligus menghibur aku! Hehe, aku kan kesepian bangeeetttzz sejak permaisuriku menjadi korban gigitan nyamuk), kau mengerti anakku?
“Ampun ayahnda, hamba mengerti, bukan maksud hamba menolak, hamba tidak bisa meninggalkan kegemaran hamba"

“Jadi maksudmu kau menolak perintah ayahanda?”
”Ampun ayahanda”

“Baiklah, jika itu menjadi kemauanmu, Aku tidak bisa melarangmu, namun mulai hari ini kau harus meninggalkan istana! Kau hanya boleh kembali jika kau sudah bisa meninggalkan kebiasaanmu itu!” Setelah berkata demikian Raja Baihon berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan dengan langkah tergesa-gesa karena kebelet pipis.

Srintil terkejut dengan perkataan Raja Baihon, begitu juga dengan beberapa menteri dan pelayan yang sejak tadi berada di ruang pertemuan itu. Namun apa hendak dikata, perkataan raja tidak dapat dicabut kembali “ Sabda pandita ratu tan kena wola-wali”, ucapan seorang pendeta dan raja tidak dapat dicabut kembali. Itulah prinsip hidup masa lalu yang tidak dapat diganggu gugat. Prinsip yang kita kenal sebagi: Komitmen.Makanya lo kalo udah bilang love sama cewe jangan plin-plan lo, sekali love ya love!! Gittchu!!! Pahaaammm???!!! Asemmm!! (yang terakhir jangan dibaca ya? Pliizzz dweh!!
Putri Srintil berjalan dengan kepala tertunduk, hatinya pilu, namun karena kebesaran jiwanya ia tak menangis. Dengan ditemani gelung, abdi setianya, Putri Srintil mulai mengemas pakaian untuk kemudian segera pergi meninggalkan istana.

“Tuan Putri, hamba sudah lama mendampingi dan melayani Tuan Putri, hamba tidak bisa membiarkan tuan putrid pergi sendirian, hamba ingin menyertai tuan putrid, kemanpun tuan putri pergi”
“Apa aku tidak salah dengar?”
“Tidak Tuan Putri, Tuan Putri tidak salah dengar, hamba akan menyertai Tuan Putri”
“Oh Gelung…”
Putri Srintil memeluk Gelung dengan mata berkaca-kaca. So sweeeeettttt….huekkkk….
Sore itu, sore yang murung, Putri Srintil keluar dari istana dengan diiringi Gelung. Mereka berdua berjalan tak tentu arah, tak punya tujuan yang pasti.
Dan hari pun cepat menjadi gelap. Putri Srintil dan Gelung sampai di tepi hutan, karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan, mereka sepakat untuk bermalam di tepi hutan tersebut. Sambil merebahkan diri di bawah pohon yang besar dan rindang mereka berbincang tentang tujuan mereka yang belum ditentukan. Pada saat itulah terdengan suara yang membahana dari langit. Putri Srintil dan Gelung sangat terkejut.
”Srintil anakku, aku tahu bahwa engaku sedang bersedih hati, aku juga sangat menyayangimu seperti ayahmu. Aku akan menolongmu. Berjalanlah ke utara, di sana terdapat sebuah negeri yang cocok untuk kau jadikan tempat memulai kehidupanmu yang baru. Namun sebelum itu makanlah buah dari pohon yang sedang menaungi kalian sekarang, kalian akan berumur panjang, kalian akan hidup hingga beberapa abad mendatang”

Dalam keterkejutannya Putri Srintil bertanya dengan suara bergetar, “Benarkah itu? Siapa kau sebenarnya?apakah kau adalah dewa?”

“Percayalah anakku, ikuti saja kata-kataku. Aku adalah dewa Bara, nama lengkapku Bara Pattiradjawane, aku pengisi acara gula-gula, setiap sabtu pagi di salah satu stasiun televisi swasta. Aku Dewa masak!! Capeee deeehhhh!!! Payah!! di istana gak da TV po?? Jadul bangett siiieee!!!??”

Sesudah itu tiba-tiba suara itu lenyap. Putri Srintil dan Gelung tertegun dalam keheranan. Tapi mereka menuruti apa yang diperintahkan oleh dewa Bara. Sebelum tidur mereka memetik beberapa buah dari pohon itu dan memakannya.

Keesokan harinya mereka berdua melanjutkan prjalan ke arah utara, terus ke utara. Setelah beberapa bulan berjalan kaki mereka sampai di suatu negeri di mana rakyatnya sangat gemar makan, mereka hanya bisa makan, tidak bisa berpikir hal lain selain perut. Negeri itu bernama Indonesia. Di negeri itulah Putri Srintil dan Gelung membangun sebuah rumah yang sekaligus dijadikan sebagai rumah makan.

Waktu berjalan demikian cepat, melesat-lesat bagai cahaya kilat. Bertahun-tahun putrid Srintil dan Gelung hidup dengan terus memasak. Pengetahuan mereka tentang masakanpun semakin luas. Setiap hari Putri Srintil sebenarnya rindu pada Negeri Pawonan Hadiningrat, terutama pada Raja Baihon, ayahnya. Sampai suatu ketika Srintil mengenal jenis makanan semacam mie yang terbuat dari beras atau jagung, bihun. Sejak itulah Srintil Hampir setiap hari memasak bihun, karena nama makanan itu mirip dengan nama ayahnya Raja Baihon. Putri Srintil itulah yang sekarang kita panggil Yu Sri dan gelung itu adalah Yu Gelung itu loh….

Jadi begitulah ceritanya kenapa Yu Sri ki masak bihun wae, ora masalah keterbatasan bahan makanan cah….mergo Yu Sri ki kangen sama bapaknya…mesakne ya…makanya ojo seneng protes ke Yu Sri….mbok ayo dimaem wae bihun buatan Yu Sri, karena di setiap helai bihun itu ada rindu yang tak lekang oleh waktu. Sepakat ra??

Kupu-kupu kata-kata terbang lagi, entah ke mana. Mungkin ia akan menyusuri lorong waktu yang penuh kristal….

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya