Selasa, Agustus 24, 2010

Pengawas Langit

Oleh: Fariha Ilyas




Apa yang ia perhatikan dalam langit yang hanya diam? Apa pula yang selalu ia ukur dengan memandangi langit yang seolah tanpa batas? Mungkin aku tak pernah bisa mengerti tentang alasan seseorang dalam melakukan sesuatu. Namun aku mengerti di mana rindu yang halus itu bersemayam, aku faham di mana ingatan yang lembut itu hinggap, dan langit adalah sebuah bingkai maha luas yang merangkum semuanya.

Rindu yang telah bercampur dalam darah seseorang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata dalam bahasa apapun, bahkan mungkin ia tak dapat dirasakan. Yang kita bisa mengerti adalah kadang kita atau seseorang tersebut nampak bodoh disaat- saat tertentu, itulah titik di mana akal manusia harus tunduk pada sesuatu yang tak dapat dicernanya. Rindu mungkin adalah salah satunya.

Apa yang diharapkan seorang perindu dari langit yang diam? Tak ada, ia hanya memastikan bahwa rindu itu masih ada, rindu yang tak terasa itu diwartakan oleh bentang langit yang tak terbatas. Hanya para pengawas langit yang menyadarinya.

Pengawas langit hanya akan diam menatap langit, setiap hari. Ia selalu merindukan rindu itu, rindu yang mengalir dalam darahnya, rindu yang halus sekali, rindu yang tak dapat dirasakan, yang hanya diwartakan oleh langit, yang entah berada dalam pandangan matanya, atau langit tak terbatas yang ia ciptakan sendiri dalam pikirannya yang terbatas.



(Surakarta, 3 Agustus 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya