Selasa, Agustus 24, 2010

Di Belakang Waktumu

Oleh: Fariha Ilyas



Aku ingin berada di belakang waktumu, saat kau melepas senja, aku baru menjemput fajar di hari itu. Saat kau terbangun, aku baru beranjak tidur. Dengan begitu takkan ada waktu yang terlewatkan. Saat aku terjaga, aku memikirkanmu yang sedang terlelap dan sebaliknya. Indah sekali.

Aku ingin berada di belakang waktumu. Karena saat itu kau dan aku akan selalu bercerita tentang hal-hal berbeda, merasakan sesuatu yang selalu tak sama, saat kau dijerang terik matahari, disaat yang sama aku dicengkeram dingin malam gulita. Betapa indahnya perbedaan itu. Yang akan membuatku tak pernah bosan dengan segala celotehmu, tentang hal-hal yang sebenarnya juga kualami, tapi selalu dalam waktu yang "berbeda".

Karena kau tahu betapa aku telah bosan saat kita sama-sama berkata “senja kali ini indah ya?” atau “lihatlah! rembulan purba seakan punya cahaya sendiri malam ini”. Semua itu kadang memaksa kita untuk saling menutupi perasaan kita masing-masing. Aku tak pernah tahu apakah kau benar-benar menyukai hal-hal itu atau tidak, atau kau hanya suka saat melewati semua itu bersamaku. Akupun demikian adanya.

Aku ingin berada di belakang waktumu. Agar saat membaringkan tubuhku suatu malam aku bisa mendengar kau berkata “pagi ini berkabut dan dingin”, lalu aku akan berkata “aku akan memimpikanmu”
Suatu saat jika aku benar-benar bisa berada di belakang waktumu, aku hanya ingin berkata kepadamu bahwa berada di belakang waktumu memang sebuah pilihan yang terbaik untukku. Karena semua takkan berhenti. Saat kau mengakhirinya, aku memulainya, saat aku mengakhirinya kau memulainya lagi, terus, setiap hari.

Untuk itulah aku ingin pergi, jauh, ke belahan bumi yang lain, ke suatu tempat yang berada di belakang waktumu. Jangan ikuti aku, karena aku tak ingin kita jalani waktu bersama. Tetaplah berada di depan waktuku. Walau aku tak dapat menyentuhmu lagi, menggenggam tanganmu, memelukmu. Jangan pernah berharap bertemu lagi, karena aku ingin mengenang dirimu yang kujumpai terakhir kali, bukan dirimu yang sekarang, atau nanti.

Aku ternyata pandai menipu diri, dengan bermimpi menghindarimu, dengan mencari tempat pada selisih waktu, namun aku tak pernah benar-benar sadar, bahwa waktu hanya satu. Aku ternyata hanya mampu mencari ruang-ruang yang berbeda. Karena waktu tak bisa diduplikasi, atau sekedar diberi spasi agar aku bisa berada sedikit di belakang waktumu.

(Untukmu yang telah tahu, 2 juni 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya