Selasa, Agustus 24, 2010

Sebuah Obituari

Oleh: Fariha Ilyas

Suatu waktu yang memisahkan sesuatu dengan sesuatu. Kapankah waktu itu? tak ada yang tahu pasti. Setiap saat ada yang hilang, ada yang mati. Apakah itu sebuah kematian seperti yang sering kita mengerti, tentang lepasnya ruh dari jasad seseorang, atau kematian sebuah pemikiran yang usang, lepas dari pengakuan zaman.

Nampaknya kematian-kematian itu tak selamanya misterius, kadangkala semuanya begitu terduga. Saat itulah bisa kita siapkan sebuah obituari tentang kematian-kematian yang menjelang itu. Atau sebenarnya dengan menyiapkan obituari itu kita sedang berharap kematian-kematian itu datang.

Apapun itu, kematian-kematian itu akan terus terjadi, aku ingin selalu bertanya-tanya, dan terus bertanya-tanya, agar kematian itu tak datang, tak menghampiri pikiranku. Saat kebenaran kutemukan, matilah satu spirit kehidupanku. Terus seperti itu. Kebenaran adalah sebuah obituari bagi pencarian.

Jalan sedemikian panjang, setiap orang terus merangkak sejengkal-demi sejengkal, dengan daya hidupnya, menuju sebuah titik yang terlihat dan diyakini sebagai tujuan. Di sanalah titik di mana obituari setiap orang akan dibacakan.

Banyak hal yang kuketahui telah mati, namun saat aku memikirkannya, hal-hal itu hidup kembali. Aku bukan seorang Cartesian, karena cara berpikir Cartesian telah mati, dan yang membacakan obituarinya adalah pembela kesementaraan. aneh, banyak hal yang hidup lagi setelah dibacakan obituarinya.

Setiap pencari ingin membaca obituari pencari lainnya. Hal yang paling mengganggu adalah: Siapakah yang akan menulis obituariku? Atau aku sendiri yang harus menuliskannya?

Aku selalu bertanya-tanya, dan terus bertanya-tanya. Agar kematian itu tak segera datang. Agar aku tak perlu menulis obituari untuk pikiranku, karena itu tak bisa kulakukan.

(Malam biasa, 13 Juni 2010)


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya