Jumat, Agustus 27, 2010

Untuk Han (3)

Oleh: Fariha Ilyas



Bertahanlah, karena kesendirian adalah nafasmu
Atau pergilah, jika kau ingin
Pergilah sesudah hilang

Kabut pegunungan mengurungku. Han, aku ingin bercerita banyak hal sekarang. Entah, setiap kali aku melewati tempat-tempat yang indah, aku selalu ingin berhenti, menghirup udaranya, mengamati setiap jengkal tanah di sekelilingku, pepohonan, atau apa saja yang masih ada dalam jangkauan penglihatanku. Aku tak ingin melewatkan setiap inci panorama.

Aku hanya ingin menceritakannya kepadamu, Han. Kabut, hawa dingin, pohon pinus yang menjulang, bunga-bunga liar, dan perasaan sepi ini yang selalu membuat semua menjadi berbeda. Apakah kau bisa merasakannya, Han?. Kadangkala aku merasa aku tak cukup waktu untuk merekam semuanya, Han. Maafkan aku. Tapi kemarin sempat kupetik beberapa bunga untukkmu, walaupun orang-orang berkata dengan nada mengejek kepadaku. Tapi aku tak peduli. Bagi mereka, bagiku, bunga-bunga ini biasa saja. Tapi buatmu tentu bunga-bunga ini adalah sesuatu yang baru, Han.

Kemarin aku sempat berhenti sebentar, memotret semua hal dengan ingatanku, membingkainya dengan kokoh di pikiranku. Agar semua tetap untuh. Lalu kuhadirkan kau dalam potret itu, dalam bingkai itu. Aku selalu rindu padamu, Han. Selalu. Aku tak bisa melewatkan ini sendirian, aku selalu ingin mengajakmu. Kadang-kadang tak kuajakpun, kau selalu mengikutiku. Tak mengapa, Han. Kau membuatku tak bisa sendiri. Tak bisa.

Han, beberapa waktu mendatang aku ingin kembali ke tempat itu. Akan kutuliskan nama kita di bongkahan batu besar. Suatu saat jika datang kesempatanmu melewati jalan itu. Kau akan percaya kepadaku, percaya bahwa aku tak bisa sendiri. Tapi apakah kesempatan itu akn datang kepadamu, Han? Atau sebenarnya kesempatanmu telah kau titipkan padaku? Mungkin karena itulah kadangkala aku merasa berdosa saat aku menutup mata pada banyak hal, aku telah menhalangi pandanganmu, Han. Tapi aku berjanji kepadamu, hal itu takkan kuulangi. Aku akan membiarkanmu menyaksikan semuanya melalui mataku. Hanya itu yang bisa kulakukan untukmu, Han.

Han, selama ini telah banyak sekali cinta datang dan pergi, apakah kau sempat melaluinya dulu? Han, aku sebenarnya ingin bertanya kepadamu, apakah arti cinta bagimu? Apakah kau pernah merasa dicintai atau kau pernah mencintai seseorang? Aku tahu cintamu pada seseorang akan abadi, Han. Kau tidak seperti diriku. Aku bingung, cinta yang kutemui sungguh tak bisa kumengerti. Cinta yang datang kepadaku mengusir sepi, tapi menggiring kesendirian ke arahku. Kau pasti mengerti, karena kesendirian adalah nafasmu.

(Malam biasa, 29 mei 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya