Kamis, Oktober 08, 2009

Layar Tancap

Saat saya masih kanak-kanak di kampung saya beberapa kali digelar layar tancap, sesuatu yang jarang kita temui di saat sekarang ini , dan saya masih ingat dulu hampir seluruh warga kampung saya tumpah ruah di lapangan desa tempat layar tancap digelar, saya pun begitu gembira karena jika ada layar tancap maka akan banyak penjual mainan yang berdatangan mengais rezeki. Seingat saya dulu yang menggelar layar tancap adalah perusahaan jamu yang cukup terkenal, kemudian juga perusahaan rokok, dan pernah sekali diadakan secara pribadi oleh warga kampung dalam rangka syukuran khitanan anak lelakinya.

Layar tancap memang merupakan hiburan yang mewah di kampung saya, karena pada saat itu tidak banyak yang memiliki televisi, dan kalaupun ada hanya 2 stasiun TV yang siarannya bisa ditangkap di kampung saya. Maka malam pemutaran film di lapangan terbuka menjadi semacam pesta yang meriah bagi warga kampung saya. Hampir tidak ada yang melewatkannya, semua berkumpul, berbaur, larut dalam kegembiraan hingga tengah malam setelah film ketiga selesai diputar.

Waktu dan segala perubahan yang dibawanya memang tak dapat dihindari, pada pertengahan tahun 90-an di kampung saya mulai banyak yang memiliki video player sendiri, mayoritas dibawa oleh warga kampung yang bekerja di kota atau yang pulang kampung dari perantaun sebagai TKI. Lambat laun layar tancap mulai menghilang.

Baru-baru ini saya melihat berita di televisi bahwa sekarang di Washington DC sedang digandrungi acara nonton film di lapangan terbuka yang disebut screen on the green. Banyak sekali warga kota yang antusias dan berdatangan nonton ke lapangan bersama keluarga mereka, sampai-sampai mereka rela datang beberapa jam sebelum film diputar agar mendapatkan tempat terbaik untuk nonton film yang sebenarnya sama dengan layar tancap yang dulu menjadi primadona di kampumg saya. Yang menjadi pebedaaan adalah dulu layar tancap digandrungi di kampung saya karena keterbatasan, ketertinggalan, dan kami warga kampung tidak pernah berfikir sesuatu selain daripada hiburan gratis yang memang dapat memberi suasana berbeda di bagi kampung kami, bagi keseharian kampung kami. Dan di Washington DC mungkin layar tancap digadrungi bukan karena keterbatasan, karena jelas di Negara maju seperti itu hamper setiap orang sudah memiliki sarana hiburan pribadi, mereka dapat dengan leluasa menggunakannya kapan saja mereka mau. Tapi manusia tentu tidak akan pernah tahan dengan segala sesuatu yang terlalu lurus, stabil, tanpa perubahan. Entah perubahan itu berupa kemajuan atau kemunduran, dan sebenarnya hal itu memang sulit dinilai sama rata mengingat kebudayaan di setiap bangsa yang berbeda-beda.

Mungkin individualisme yang sangat kental dalam sosiologi baratlah yang menjadi sebab layar tancap menjadi primadona, mungkin mereka bosan dengan segala yang mereka jalani sendiri, yang mereka kerjakan sendiri, sesuai dengan kepentingan masing-masing. Mereka butuh semacam penyegaran dengan menghadirkan suasana berbeda, dengan kebersamaan, dengan kesederhanaan. Aneh memang ketika di suatu tempat kesederhanaan itu timbul karena keterbatasan, tapi di tempat lain kesederhanaan menjadi barang mewah karena kelangkaannya. Dan yang paling menarik adalah sekarang warga kampung saya sedang menikmati kehidupan yang jauh individualistis setelah kondisi ekonomi warga kampung mengalami kemajuan. Tidak ada lagi kebersamaan yang dulu dihadirkan oleh layar tancap. Tetapi saya yakin suatu saat nanti warga kampung kami akan merindukan layar tancap, akan rindu kebersamaan dalam kesederhanaan seperti dulu. Perubahan memang hanya tinggal menunggu waktu, dan ternyata semua telah tertata dalam siklus yang sedemikian rapi.
Baca Selengkapnya... → Layar Tancap

Rabu, September 30, 2009

Pagi, Hujan dan Piano


Pagi ini aku terbangun oleh suara alam yang khas, gemericik hujan. Perlahan kubuka mataku dan dengan sisa rasa kantuk kupaksakan untuk melangkah menuju jendela kamar. Tak dapat kusembunyikan lagi rasa takjubku pada pagi ini, setiap tetes air yang membasahi rerumputan di luar sana seolah membawa cerita tentang hal-hal yang terjadi sepanjang ribuan hari kehidupanku.

Di tengah perasaanku yang mulai melayang jauh, pandanganku tertuju pada piano di sudut kamar, sebuah piano hitam yang gagah dan berwibawa. “Tidak! aku tak sanggup!“ teriakku dalam hati. Tapi sekuat apapun kuabaikan perasaan rindu pada nada-nada itu, pada getar dawai-dawai yang membius itu semakin kuat pula kekuatan yang mendorongku untuk kembali menyentuh tuts-tuts gading dan ebony yang telah lama menjadi titian bagi tarian jari-jemariku.

Entah kekuatan apa yang merasukiku , tapi pagi ini aku menyerah, kudekati piano yang telah lama tak kujamah sejak aku kalah dalam kompetisi piano klasik beberapa tahun lalu. Aku duduk berhadapan dengan piano berusia lebih dari seratus tahun yang sepertinya juga menyimpan rindu yang sama seperti rinduku kepadanya yang selama ini kukekang dalam keengganan. Jantungku berdegup kencang saat nada pertama terdengar di telingaku menerobos ruang-ruang hatiku yang sekian waktu kubiarkan sunyi tanpa bunyi, aku terbius.

Di sela-sela rintik hujan pagi ini aku larut dalam melodi-melodi yang melemparkanku jauh ke masa lalu. Tergambar wajah Ayah yang selalu mendorongku berlatih piano sepanjang waktu. Kurasakan butiran hangat keluar dari kedua pelupuk mataku.

Nada-nada bersahutan diantara hujan yang makin deras dan detak jantungku yang makin kencang. Tiba-tiba muncul bayangan Ibu, Ibu yang tak pernah kulihat dalam kehidupan nyata, ibu yang hanya kudengar lewat cerita-cerita ayah, Ibukulah yang dulu sering memainkan piano ini, begitu yang kudengar dari Ayahku. Ibu adalah salah satu pianis terbaik pada masanya. Ibu berharap kelak anaknya menjadi penerusnya. Lalu lahirlah aku, yang kemudian harus ditebus dengan air mata kesedihan Ayah yang kehilangan Ibu. Tapi aku sadar sepenuhnya bahwa akulah harapan itu, akulah mimpi itu. Ayah selalu mengatakan hal itu kepadaku dengan suara bergetar dan kedua mata penuh harapan. Butiran hangat berubah menjadi anak sungai yang membasahi pipiku. Nada- nada perih berhamburan dari pianoku.

Hujan bertambah deras. Muncul bayanganku sendiri, aku yang tak pernah berhenti berlatih, aku yang selalu bermimpi menjadi apa yang diharapkan oleh ayah dan ibu harus terpuruk sekian lama hanya karena ketidak mampuanku menerima kekalahan, menerima diriku sendiri.

Hujan semakin deras karena sekarang aku tak bisa lagi membedakan antara air hujan dan air mata kesadaranku, antara halilintar dan jerit tangis penyesalanku. Nada pianoku mulai dan berakhir diam.

Pagi ini, hujan kali ini, menjadi pijakan bagiku untuk hidup kembali bersama harapan dan mimpi-mimpi yang telah dibangun sebelum aku dilahirkan. Pagi ini, hujan kali ini, membuatku menemukan kembali jalanku, ya, aku akan terus bermain piano, bukan untuk menebus kekalahan, menggapai mimpi atau sekedar menjalani takdirku, aku akan terus bermain piano untuk menuntaskan kerinduanku pada ibu. Aku akan menjadi mimpi indah dalam tidur Ibu yang tak berbatas waktu.

Baca Selengkapnya... → Pagi, Hujan dan Piano

Rabu, September 23, 2009

Pendidikan Seni Rupa : Mendidik Apresiator

Masalah dalam dunia seni rupa memang seolah tiada habisnya, dalam segala hal, dan dari sekian banyak masalah tersebut ada satu masalah yang menarik untuk saya kemukakan dan saya bagi di sini. Berawal dari keheranan tentang seni yang ternyata sampai saat ini masih belum menjadi milik semua orang, seni masih milik orang-orang tertentu, masih sebagai menara gading yang tak terjangkau sembarang orang. Baik atau tidakkah hal itu ? saya rasa tidak, karena bagi saya hal yang baik, apapun itu, haruslah mampu menyentuh kehidupan banyak orang, merasuk dalam diri banyak orang dan merubah hidup banyak orang menjadi lebih baik.

Dalam kehidupan berkesenian kita, mungkin telah lama kita rasakan bahwa ada ketimpangan yang terjadi diantra kreator dan apresiator, saat si seniman sebagai kreator terus menerus memperkaya pengalaman artistiknya dengan tak henti-hentinya bereksplorasi, sudah semestinya hal ini juga diikuti oleh masyarakat umum yang menjadi apresiator. Namun pada kenyataannya toh perkembangan dalam kesenian kita berjalan timpang, pincang, kenapa ? karena perkembangan apresiator tidak secepat dan sepesat si seniman sebagai kreator, di saat dunia seni rupa terus bergerak, toh yang menjadi perbincangan adalah perkembangan karya-karya sebagai tolak ukur keberhasilan eksperimen si seniman, lalu bagaimana keadaan masyarakat sebagai apresiator seni rupa ? rasanya aneh memang bahwa seni rupa masih sulit dimengerti orang banyak, siapa sih yang mengerti dadaisme, suprematisme, kontemporer, dan sebagainya ?

Seni memang kadang membuat sesuatu yang kecil menjadi berarti, tapi kadangkala bahasa seni jauh dari jangkauan masyarakat umum, itulah yang menjadi sebab seolah perkembangan dunia seni rupa yang luar biasa saat ini seperti tidak ada gunanya. Untuk apa berkembang terus kalau gaya lama kita saja tidak dimengerti orang banyak ?

Itulah kenapa saya coba kaitkan dengan pendidikan seni rupa yang menjadi disiplin ilmu kita. Ada yang mengatakan bahwa menjadi guru seni rupa itu mudah, tinggal masuk, menyuruh murid menggambar, menunggu sambil bersantai-santai, memberi nilai, beres semua ! apa benar seperti itu ?

Justru itulah kesalahan mendasar yang dilakukan oleh guru seni rupa selama ini, perlu di sadari bahwa guru seni rupa berada di barisan terdepan, yang bertanggung jawab atas lahir dan tidaknya generasi yang ”melek“ seni. Tugas guru seni rupa itu tidak hanya mengajari murid agar bisa menggambar, mematung, mendesain, tetapi juga menanamkan dan membentuk jiwa yang peka terhadap keindahan. Dan sebenarnya hal itu ada dalam tiap diri manusia, maka sebenarnya tugas guru seni rupa adalah membangkitkan roh keindahan dalam diri setiap murid yang dibimbingnya. Dari sini kita harapkan adanya keseimbangan antara kreator dan apresiator, jika keduanya berada pada level yang sama maka keharmonisan dunia seni rupa akan terwujud dan masyarakat umum yang melek seni pasti akan menjadi apresiator yang baik, kritis dan menjadi stimulus bagi kreator untuk terus menggali hal-hal baru.

Memang tidak semua hal harus kita jelaskan, karena seni adalah media yang menggunakan kebebasan tafsir sebagai alat penyampai kebenaran, seni tidak menggiring kita kepada sebuah kesimpulan, tapi ia menuntun kita untuk menemukan sebuah kebenaran hakiki dalam diri kita.

Dan dampak yang akan dirasakan oleh insan seni rupa jika kita mendidik apresiator adalah : Keharmonisan, karena segala yang disajikan seniman dapat dimengerti dengan baik oleh masyarakat yang telah melek seni, maka diharapkan segala kontroversi yang berbuah konflik dapat dihindari, karena semua berjalan dengan selaras, seimbang. Pasar seni rupa akan terbuka luas, karena masyarakat sudah melek seni, tidak hanya sekedar penonton yang melihat, tapi diharapkan untuk tahap yang lebih serius, yakni penikmat seni. Dan sesungguhnya potensi ini sangat besar mengingat jumlah penduduk kita yang juga sangat besar.

Yang lebih spesifik lagi tentu hal ini memacu produktifitas seniman untuk terus berkarya, karena jelas karya-karyanya terus dinanti.

Dan segala hal diatas tentunya sangat diharapkan untuk perkembangan seni rupa. Jadi perlu disadari bahwa memang hal ini adalah tanggung jawab kita sebagai pendidik seni rupa, kita berada di garis depan penanaman ”sense of art“ pada generasi sesudah kita. Menara gading yang tak tersentuh akan berubah menjadi rumah biasa, rumah bagi setiap orang, dan tentunya kita sebagai pemilik rumah akan terus memelihara rumah itu, dan rumah itu bernama seni rupa.

Baca Selengkapnya... → Pendidikan Seni Rupa : Mendidik Apresiator

Jumat, Agustus 21, 2009

Waktu

Menunggu ada kalanya terasa mengasyikkan
Banyak waktu kita miliki untuk berfikir
Sendiri seringkali sangat kita perlukan
Meneropong masa silam yang telah terlewat

Mungkin ada apa yang kita cari
Masih tersembunyi di lipatan waktu yang tertinggal
Mungkin ada apa yang kita kejar
Justru tak terjamah saat kita melintas

Menunggu lebih terasa beban yang membosankan
Banyak waktu kita terbuang tergilas cuaca
Sendiri seringkali sangat menyakitkan
Meneropong masa depan dari sisi yang gelap

Mungkin ada apa yang kita takuti
Justru t'lah menghadang di lembaran hari-hari nanti
Mungkin ada apa yang kita benci
Justru t'lah menerkam menembusi seluruh jiwa kita
Ho ho ho...

Mungkin ada apa yang kita takuti
Justru t'lah menghadang di lembaran hari-hari nanti
Mungkin ada apa yang kita benci
Justru t'lah menerkam menembusi s'luruh jiwa kita

Memang seharusnya kita tak membuang semangat masa silam
Bermain dalam dada
Setelah usai mengantar kita tertatih-tatih sampai di sini
Ho ho ho ho...
(Tatkala Letih Menunggu, Ebiet G. Ade)

Hmmm....memang kadang-kadang kita merasa berada pada suatu titik yang ambigu, suatu waktu yang tak dapat kita mengerti. Mungkin titik itu adalah persimpangan antara masa lalu dan masa depan.....
Titik itu hampir setiap saat kita tempati, karena di titik itulah kita hidup dan bereksistensi, titik itu adalah masa kini, sekarang.....
Hampir saja kita terjebak dalam lingkaran waktu, di mana kita berpikir bahwa masa lalu ada di belakang dan masa depan berada jauh dari hadapan kita.....
Mungkin masa lalu memang benar-benar tak kembali, tapi toh dalam kenyataannya hidup kita
sekarang tersusun dari masa lalu, dan kita sekarangpun berproses untuk menyusun hidup kita nanti, hidup yang biasa kita sebut dengan masa depan......


Baca Selengkapnya... → Waktu

Kamis, Juli 02, 2009

Enigma

Apakah malam masih menyisakan sedikit waktu untuk menarik diri sejenak dari dunia yang bising ini ? jika rembulan nampak bergegas berpindah dari satu sisi langit ke sisi lainnya tanpa sedikitpun melihat ke bawah…dimana sekelompok orang berkerumun, di sekeliling api yang menyala-nyala melawan kegelapan.

Apakah hembus angin masih peduli dengan suara manusia untuk membawanya jauh ke tempat di mana semua itu harus terdengar ? jika ia terus saja berlalu tanpa pernah berhenti sejenak, atau justru berhenti untuk membuang segala yang ia bawa ke tempat-tempat sepi, agar tak seorangpun tahu, bahwa pesan-pesan yang ia bawa demikian memilukan.

Apakah rindu ini akan tetap menjalar, menggerogoti jiwaku , lalu pelan-pelan membunuhku ? Jika cinta yang telah lama kusimpan mulai hilang terseret waktu yang terus saja mengalir tanpa jeda, membawa semua yang hendak kusimpan ke suatu tempat yang takkan pernah kutemukan lagi.

Dan apakah semua ini akan berakhir, membebaskanku dari belenggu yang terus saja membuatku bertanya, berprasangka, lalu mulai menuduh semua hal yang menyebabkan semua ini ada ? Jika aku sendiri masih saja terkurung dalam angan-anganku sendiri, menolak keluar dari dunia yang kuanggap sebagai sebuah kebenaran sejati.

Baca Selengkapnya... → Enigma

Jumat, Juni 12, 2009

Pengulangan Yang Abadi ( Eternal Recurrence )



Bagaimana, jika suatu hari, setan menyelinap ke dalam kesendirianmu yang paling sepi dan berkata padamu: “ Kehidupan ini seperti yang kamu jalani dan masih akan menjalaninya, kamu akan menjalani hidup sekali lagi dan tak terhitung banyaknya;dan tidak ada sesuatu yang baru di dalamnya, tetapi setiap penderitaan dan setiap kebahagiaan dan setiap pemikiran dan setiap keluh kesah dan segala sesuatu yang remeh atau besar, yang tidak mungkin dapat diukur, dalam kehidupanmu harus kembali padamu--semua dalam urut-urutan yang sama….”

Tidakkah kamu akan menjatuhkan dirimu dan menggemeretakkan gigi-gigimu serta mengutuk setan yang telah berbicara demikian? Atau kamu pernah mengalami sebuah peristiwa yang luar bisa hebat ketika kamu akan menjawabnya, “ Kamu adalah Tuhan, dan aku tidak pernah mendengar sesuatu yang lebih bersifat Tuhan. “…Bagaimana baikkah iktikadmu terhadap dirimu dan terhadap kehidupan yang samasekali tidak menginginkan sesuatu yag lebih bersemangat daripada penegasan dan stempel abadi yang sangat mendasar ini? Friedrich Nietzsche, The Gay Science (1882)

Ajaran ini mengatakan, bahwa dunia ini dengan segala kebaikan dan keburukannya, keluhuran dan kenistaannya, keagungan dan kekerdilannya, akan hancur dan kemudian akan muncul kembali dengan segala detailnya secara persis sama berkali-kali sampai tak terhingga. Kenyataan macam itu sangat mencemaskan dan menyesakkan. Nietzsche sendiri mengakui bahwa kenyataan macam itu menimbulkan rasa jijik, sebab orang yang paling rendah, bahkan dirinya sendiri, akan muncul lagi dalam kehidupan yang sama ini. Meskipun demikian, Nietzsche berpendapat bahwa kenyataan itu pun diterima dengan suka cita oleh manusia atas, sebab dia seratus persen mengatakan “amin” kepada kehidupan ini, walaupun akan berulang secara abadi.

Baca Selengkapnya... → Pengulangan Yang Abadi ( Eternal Recurrence )

Minggu, Mei 10, 2009

POTENSI MIMPI SEBAGAI SUMBER PENGALAMAN ESTETIS


Pengalaman tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan hidup manusia berlangsung dalam pengalaman-pengalaman yang melibatkan kecendekiaan, emosi, dan indera dengan lingkungannya. Pengalaman merupakan suatu kesatuan, keutuhan, yang terdiri atas rentetan bagian-bagian pengalaman yang terus mengalir. Dapat dikatakan bahwa pengalamanlah yang membentuk kehidupan manusia, karena dari pengalaman itulah manusia belajar.

Dalam ilmu seni, pengalaman yang disertai kesadaran akan keindahan disebut pengalaman estetis. Dalam pengalaman estetis, unsur perasaan merupakan kekuatan utama yang menggerakkan dan mendasari unsur-unsur potensi manusia yang lain. Pengalaman estetis sebagai dasar pemikiran, sumber ide-ide, dapat diperoleh dari mana saja, baik dari apresiasi dan pengamatan benda-benda seni maupun dari fenomena-fenomena yang terjadi dalam keseharian kita, apapun bentuknya. Dan yang masih jarang kita sadari adalah tentang fenomena yang terjadi di alam bawah sadar kita yang sebenarnya berpotensi menjadi sumber pengalaman estetis yang lebih personal, yang tentu dapat memperkaya pengalaman estetis kita. Perlu digarisbawahi bahwa yang terpenting bukan wujud dari fenomena-fenomena yang terjadi di alam bawah sadar, melainkan kesadaran akan adanya hal-hal di luar kesadaran yang sebenarnya berpotensi menjadi pengalaman estetis yang unik, personal dan pada akhirnya diharapkan menjadi sumber dari ide-ide penciptaan.

Mimpi
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan pengelihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indera-indera lain dalam tidur. Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa mimpi, pengecualiannya adalah mimpi yang disebut Lucid Dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut sedang berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Mimpi mempunyai karakteristik-karakteristik yang menarik. Ada mimpi yang jelas, tetapi ada juga mimpi yang kabur atau samar-samar, dan mimpi-mimpi jenis ini seringkali menjadi mimpi yang terlupakan. Ada mimpi yang jelas, misalnya mimpi masa kanak-kanak, yang masih dapat diingat dengan jelas hingga bertahun-tahun sesudah mimpi itu berlangsung.
Mimpi bisa merupakan proyeksi dari pikiran, perasaan atau hasrat-hasrat yang belum dapat terpenuhi dalam kehidupan seseorang. Mimpi juga dapat merupakan proyeksi dari kejadian-kejadian masa lalu, trauma-trauma yang pernah dialami seeorang.

Dari uraian singkat di atas dapat disimpulkan bahwa mimpi merupakan bagian dari alam bawah sadar yang eksis, bergerak, berubah, dan mempunyai daya untuk mempengaruhi apa yang disebut sebagai alam sadar, mimpi mampu membuat alam sadar menerima pesan-pesan yang muncul di dalam mimpi. Bahkan mimpi mampu menghadirkan hal-hal yang jauh tersembunyi di dalam diri seseorang yang sulit diungkap ketika seseorang tersebut dalam kendali alam sadarnya.

Pengalaman Estetis
Menurut ahli psikologi sosial Mead, yang dimaksud dengan pengalaman estetis adalah kemampuan untuk mengungkapkan keindahan. Wellek dan Warren menyebutnya sebagai kontemplasi, dengan musuh utamanaya adalah tujuan-tujuan praktis. Pengalaman tidaklah dilakukan secara pasif. Pengalaman harus dilakukan atas dasar adanya suatu kemampuan. Sebaliknya tanpa kemampuan untuk mengalami, maka keindahan tidak akan muncul. Tanpa adanya suatu aktivitas yang disengaja untuk memahami objek, maka keindahan tidak akan masuk ke dalam dunia pengalaman subyek. Maka untuk mendapatkan pengalaman, harus didukung dengan kemampuan untuk merasakan dan mengungkapkan keindahan dari objek-objek yang diamati. Kemampuan ini pun harus didukung dengan kemampuan lain, seperti imajinasi, intuisi, kontemplasi, dan daya kreativitas lainnya.

Pengalaman estetis yang seringkali juga disebut respon atau tanggapan estetis pertama kali dikemukakan oleh Friedrich T. Vischer, yang kemudian dikembangkan oleh Theodor Lipps. Istilah yang digunakan adalah Einfuhung, yang diartikan sebagai merasakan diri ke dalam sesuatu. Mengalami secara estetis berarti memproyeksikan perasaan-perasaan kepada objek, mengimajinasikannya, sehingga subjek merasakan suatu kesenagan.


Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengalamn keindahan yang sesungguhnya adalah pengalaman yang dilakukan dengan sengaja, yang pada gilirannya disertai dengan preoses pemahaman. Baik sebagai pengalaman maupun pemahaman, masing-masing berfungsi saling melengkapi. Pengalaman estetis jelas ada dalam kehidupan sehari-hari, dan kualitas pengalaman itu tergantung sejauh mana subjek mencoba melakukan pemahaman terhadap objek. Namun bukan berarti bahwa pengalaman estetis yang terjadi secara langsung dan spontan tidak bermanfaat. Dalam kehidupan sehari-hari pengalaman estetis inilah yang dominan. Jenis pengalaman estetis inilah yang senantiasa mewarnai kehidupan manusia sehingga seluruh kehidupan itu sendiri menjadi indah.

Pengalaman estetis adalah proses yang berlangsung terus-menerus dalam lingkup kesadaran subyek yang membuka diri terhadap segala hal yang terjadi di luar dirinya.

Potensi Mimpi Sebagai Sumber Pengalaman Estetis
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa di luar kesadaran terdapat alam bawah sadar yang eksis, dan terus bergerak. Salah satu bagian dari alam bawah sadar tersebut adalah mimpi yang sering hampir pernah dialami oleh setiap orang. Tentu hal ini menarik jika dikaitkan dengan usaha-usaha dalam memperkaya pengalaman estetis, karena mimpi bermakana sangat personal pada setiap individu yang mengalaminya, dan inilah yang patut untuk dijadikan fokus perhatian di mana kita sebagai penikmat ataupun pencipta karya seni selalu berusaha mencari hal-hal baru, pengalaman-pengalaman baru dengan berbagai cara. Sangat disayangkan jika pegamatan kita hanya terbatas pada hal-hal yang terjadi di alam sadar kita, padahal dalam kenyataannya, hampir setiap hari kita berpindah dari alam sadar kita menuju alam tak sadar kita yang jauh lebih luas, dalam dan kaya.

Untuk mencoba menjadikan alam bawah sadar ( dalam hal ini mimpi ) sebagai sumber pengalaman estetis diperlukan kesadaran, yaitu kesadaran bahwa alam bawah sadar itu memang eksis dan alam bawah sadar bukanlah alam bayang-bayang tanpa makna, Kontemplasi memegang peranan penting dalam melakukan penyerapan pengalaman dari alam mimpi. Di mana selama ini mimpi sering kita abaikan dan kita anggap tidak punya makna. Yang diperlukan selanjutnya adalah ruang-ruang untuk menyimpan pengalaman tersebut, dan dalam ruang inilah pangalaman yang terjadi dalam mimpi dapat sejajar dengan pengalaman yang terjadi di alam sadar kita.


Perlu ditekankan bahwa pengalaman dalam mimpi ini lebih personal dibandingkan dengan pengalaman yang biasa dialami seseorang. Karena dalam mimpi, yang tergambar adalah sisi-sisi seseorang tersebut yang terbungkus oleh hal-hal bersifat simbolis yang perlu dikupas dengan cara membandingkan apa yang terjadi dalam mimpi dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilalui. Dari sini dapat diketahui apa sebenarnya yang ada dalam pikiran seseorang, apa yang kita temukan sebagai sebuah kesadaran inilah yang bisa kita jadikan pengalaman, dan sikap yang terbuka terhadap keindahan akan dapat mengantarkan kita kepada keindahan yang menyertai setiap bentuk mimpi yang kita alami.


Secara garis besar, untuk dapat memperoleh pengalaman estetis, faktor-faktor yang berpengaruh adalah :

1. Kesadaran, kesadaran dalam hal ini adalah kesadaran akan adanya fenomena-fenomena alam bawah sadar yang terjadi dalam mimpi kita
2. Kemauan, sebagai pendorong utama melakukan kegiatan apresiasi.
3. Kepekaan , yaitu kepekaan dalam menangkap keindahan yang diamati.
4. Kondisi mental, dalam hal ini adalah intensitas dalam melakukan penghayatan.

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang tersebut di atas diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam mengamati alam, lingkungan dan segala fenomena yang tejadi di dalamnya, termasuk hal-hal yang terjadi dalam mimpi. Sehingga semakin banyak hal yang dapat kita endapkan, kita pahami dan kita simpan sebagai sebuah pengalaman estetis yang pada akhirnya akan menjadi rujukan dan sumber ide dalam menciptakan karya seni.


Baca Selengkapnya... → POTENSI MIMPI SEBAGAI SUMBER PENGALAMAN ESTETIS

Jumat, Mei 01, 2009

Bohlam dan Ikan Kecil

Menulis tentang hal-hal yang kita ketahui tentu mengasyikkan, menulis hal-hal yang bisa ‎kita ingat tentu juga sangat menyenangkan, tapi entah kenapa ada hal yang melompat dari ‎ingatan yang lama terpendam, orang-orang yang lama tak terpikir lagi olehku, kejadian-‎kejadian yang nyaris tak pernah terbayang lagi…..dan inilah sedikit yang masih bisa kuingat :


Pra TK ( Pra sejarah buatku, karena aku belum mengenal tulisan!hehehe.... )‎

‎ ‎
Senja : Sepeda kumbang, sawah, dan kakek, itulah yang selalu melekat di pikiranku, ‎senja waktu itu benar-benar masih terasa hingga kini….senja....senja….senja….mesin ‎waktuku…..‎

Harmonika : alat musik tiup ini ku kenal ketika usiaku belum genap 5 tahun, dan sampai ‎sekarang, aku masih suka....he3x….‎
‎ ‎
Tebu : Truk, kebun tebu dan pabrik gula, rasanya hal itu merupakan yang terindah dari ‎masa kecilku….terlalu panjang untuk diceritakan, jika kau tertarik, temui aku, akan ‎kuceritakan padamu, kawan……‎

Pak X : Aku tak tahu namanya, yang jelas ia adalah penjual arum manis yang keliling ‎pake sepeda, jadi bikinnya ya diputer di sepedanya itu….aku kadang beli, yang paling ‎menarik bukan rasanya, tapi cara bikinnya itu yang bikin seneng liatnya…..‎

Bohlam dan Ikan Kecil : Mainan yang luar biasa menyenangkan, kaca bekas bohlam ‎yang diisi air, trus di kasih ikan kecil warna kuning…...jadi pengen lagi.......‎


TK ( Udah mengenal tulisan )‎


Bu Umi
: Guru TK-ku yang lembut dan sabar, tiap hari selalu setia datang ke sekolah ‎dengan sepedanya….Hiks…..‎

Sugi : Nama yang selalu terkenang, musuh berantem tiap hari, sempat ngasih tanda cakar ‎ke wajahku, perih…itu dulu, sekarang ? manis dan nyaman dalam ingatan…..hhmm…..‎

Penceng : Ada hal yang tak terlupakan, suatu pagi penceng masuk got, pas asyik duduk ‎dia atas tanggul, si Dadang lari trus ngedorong tanpa sebab musabab, alas an, atau basa-‎basi…..Byuurrr…!!!! penceng basah kuyup! Dan pulanglah dia sambil menangis ‎sepanjang jalan. Tangisnya itu…kadang masih terdengar di telingaku sampai aku ‎dewasa….‎halah.....

Erna : Nah ini kaum hawa yang pertama memesonaku….cakep…putih, ‎bercahaya…..indah….( udah mulai ngerti estetika sejak TK yo….hehe…..)‎

Rudi : Ada sepotong waktu yang terus saja menempel di kepalaku tentang teman masa ‎TK-ku ini. Yaitu suatu pagi ketika ku lihat dia dengan satu buku terlipat yang terselip di ‎sakunya, ia nampak kotor. Sekarang Rudi sudah meninggal. Tapi pagi itu masih benar-‎benar tergambar jelas….‎

Pistol Mainan : Nah ini mainan yang pernah ku bawa ke sekolah gara-gara temenku juga ‎bawa mainan yang sama. Pas istirahat aku pulang, nyari mainan ini yang sama bapakku ‎ditaruh di atas lemari, ngambilnya jadi susah, pake acara manjat-manjat segala! akhirnya ‎terlambat masuk kelas…..haduh…masih ingat jelas deh soal yang beginian….‎


Masa SD

Pak Ribut
: Itulah nama populernya, nama aslinya Pak Supri, entah berapa banyak anak ‎yang tahu nama aslinya, kemungkinan besar tak ada, aku tahu itu juga saking ‎penasarannya trus akhirnya nya deh..Pak Ribut ini yang tiap hari jualan es krim, ‎pokoknya tiada hari tanpa es krim pak ribut…..‎adem....

Pak Boy ( Boimin ) : Yang tiap hari jualan bubur kacang ijo….pake sepeda……‎anget....

Resti : My First Love…atau semacam kebodohan yang akut….hehehe…..‎hot.....hehe....

Dina : Hmmm...rumit banget yang satu ini, cuma tahu namanya tapi perempuan yang ini ‎indah juga, dan berhasil membuatku berangkat jam 6 cuma buat nungguin tuh bocah ‎lewat depan sekolahku…gak se-SD sih…hehehe….‎

Stinky : Hhmm….” Mungkinkah..kita kan slalu bersama, walau terbentang jarak antara ‎kita….biarkan kupeluk erat bayangmu, ‘tuk melepaskan semua kerinduanku…..” itu lagu ‎yang sering ku nyanyiin pas ingat perempuan di atas….hehehe…..waduh…gawat juga ‎tingkahku pas SD….‎

Rokok Pertama : Nah lo….pas SD aku udah belajar ngrokok, di gubuk tengah ‎sawah…hehehe…hhmm….apa yang ada di pikiranku waktu itu ? mungkin semacam ‎keinginan untuk keluar dari dunia anak-anak, ingin tampak macho, atau bermacam-‎macam pikiran bodoh lainnya….‎

Anas : Temenku yang satu ini yang mengajariku lompat dari pohon….sebelumnya aku ‎takut….lompat dari ketinggian…‎

Lukman : Rival berat adu fisik, hampir tiap hari berantem dan aku selalu ‎kalah….badannya besar, beberapa kali gak naik kelas, jadi lebih tua dariku….wajar kalo ‎aku kalah….hehehe…maafkan aku…..‎

Jambu Biji : Ini mungkin jambu ajaib, karena jambu ini tetep nyangkut di pikiranku, jambu ‎biji di depan rumah Didik…selalu ramai setiap jam istirahat….Serbuu…!!!!‎




Dan percayalah, kawan, jika tak kuhentikan, ingatan-ingatan itu terus melompat-lompat, ‎semakin utuh, semakin banyak yang kembali menyapaku dari masa lalu….aku percaya ‎kau tentu punya kisah-kisah yang hampir terlupakan….tolong ingat kembali kisah-kisah ‎itu, lalu tuliskan untukku……ayolah…..!!!!
Baca Selengkapnya... → Bohlam dan Ikan Kecil

Senin, April 27, 2009

Untuk A di Jogja



Mungkin aku yang tak mampu melupakanmu atau memang aku tak mau melupakanmu....
Rasanya kau seperti bayang-bayangku sendiri yang selalu mengikutiku....
Aku ingin kau hilang, tapi tak bisa....
Kau tetap ada dalam pikiranku....

Bagiku terlalu mudah mengingatmu, tapi terlalu sulit melupakanmu....
Kau berbeda....
Aku tak bisa ungkapkan....
Karena aku tak menemukan kalimat yang tepat untuk itu semua...

A....yang kuhormati....
Aku merindukanmu....
selalu....

Aku menunggumu pulang....
Pulanglah secepatnya....
Waktu semakin habis....
Hidupku hampir selesai....

A.....yang kubanggakan....
Dengarkan aku sebentar saja....
Lalu kau boleh pergi....
Selamanya....

A....yang kukagumi....
Mungkinkah aku benar-benar telah jatuh cinta padamu ?

A.....
Semua ini terlalu rumit....
Entah....
Kapan kau bisa mengerti ?
Baca Selengkapnya... → Untuk A di Jogja

Rabu, April 22, 2009

Soal Perempuan

“Saya tahu jalan yang hendak saya tempuh itu sukar, penuh duri, onak, lubang: jalan itu berbatu-batu, berjendal-jendal, licin….belum dirintis ! Dan walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun saya sudah akan patah di tengah jalan, saya akan mati bahagia. Sebab jalan itu sudah terbuka dan saya turut membantu meneratas jalan yang menuju ke kebebasan dan kemerdekaan perempuan Bumiputera”

( Surat Kartini )


Kartini telah menjadi simbol sebuah perjuangan dan perlawanan terhadap sejarah yang tidak berpihak kepada kaum perempuan. Ia adalah seorang pelopor perlawanan terhadap ketimpangan nilai yang menjadi penghalang kemajuan kaum perempuan. Sejarah mencatat bahwa di zaman apapun, dalam tingkat peradaban apapun dan dimanapun, derajat kaum perempuan selalu dianggap lebih rendah dibanding kaum laki-laki. Yang mengherankan adalah diskriminasi tehadap kaum perempuan selalu terjadi hampir disetiap zaman, meskipun sejarah jelas-jelas telah
membuktikan bahwa menempatkan perempuan di tempat yang tidak semestinya adalah sebuah kesalahan.

Lintasan gerak sejarah menorehkan jejak bahwa kebudayaan Yunani runtuh karena dalam kebudayaan Yunani perempuan tidak ditempatkan di tempat yang semestinya, Nazi Jerman juga runtuh karena perempuan juga direndahkan martabatnya. Bahkan semenjak kultur masyarkat Islam ( bukan agama Islam) kurang menempatkan kaum perempuan ditempat yang seharusnya, maka perlahan-lahan matahari kebudayaan Islam terbenam dan menjadi suram.

Sudah semestinya masalah perempuan ini tidak hanya menjadi pemikiran perempuan itu sendiri, karena masalah ini sebenarnya merupakan masalah ketimpangan segugusan nilai, dan tentu saja nilai-nilai tersebut bisa bercokol di kepala siapa saja, menjangkiti siapa saja, tak peduli apakah ia laki-laki atau perempuan.

Seperti sebuah siklus yang selalu berulang terjadi, maka di setiap zaman juga akan muncul perlawanan terhadap ketidakadilan, diskriminasi atau usaha-usaha lain yang jelas merendahkan derajat kaum perempuan, dan Kartini yang hidup dalam kungkungan feodalisme Jawa tentu merasakan betapa kaumnya tidak dipandang setara bahkan dianggap lebih rendah daripada kaum laki-laki, Kartini tentu mengerti bahwa dalam budaya Jawa kaum perempuan memang dianggap seperti makhluk yang lemah, tolol, hina dan hanya pantas menjadi pelayan laki-laki, hal ini salah satunya dapat kita lihat dalam karya-karya sastra Jawa lama seperti Serat Centhini, Kitab Clokantara dan Serat Panitisastra betapa kaum perempuan sangat disudutkan dalam budaya Jawa.

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa Kartini adalah pelopor perlawanan terhadap sejarah (pada zamannya) dengan segala keterbatasan mencoba untuk memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya yang sekian lama diinjak-injak, meskipun perjuangan itu mungkin tidak dapat dituntaskan oleh Kartini, tetapi setidaknya sebuah jalan telah dirintis, sebuah jalan yang mungkin sudah dilalui oleh seseorang yang mempunyai semangat juang serupa di lain tempat dan masa, jalan itu telah diberi patok-patok oleh Kartini, dan tentunya kita takkan melupakan usaha pematokan itu. Seperti yang dikatakan Maxim Gorky : “ The People Must Know Their History “

Baca Selengkapnya... → Soal Perempuan

Minggu, April 12, 2009

Estetika Plato

PLATO
(427-347 BC)


  • Sumber keindahan adalah cinta kasih, cinta yang dimaksud di sini adalah cinta yang diperoleh dengan mengosongkan diri.
  • Menurut Plato keindahan hendaknya didahului dengan cinta, cinta di sini adalah pengosongan diri sehingga subjek benar-benar dapat mencintai benda yang indah.
  • Timbulnya rasa cinta pada keindahan adalah akibat pendidikan. Proses tertanamnya rasa cinta pada keindahan itu dapat diuraikan sebagai berikut : · Pada awalnya orang dididik untuk mencintai keindahan nyata yang tunggal, misalnya keindahan tubuh seorang manusia. · Kemudian, dia dididik untuk mencintai tubuh yang lain, sehingga tertanam hakikat keindahan tubuh manusia. · Keindahan tubuh yang bersifat rohaniah itu lebih luhur daripada keindahan tubuh yang sifatnya jasmaniah. · Keindahan rohaniah dapat menuntun manusia mencintai segala yang bersifat rohani pula, misalnya ilmu pengetahuan. · Akhirnya, manusia harus dapat menangkap ide keindahan itu sendiri tanpa kaitan yang bersifat jasmani.
  • Ada 4 macam keindahan : 1. Keindahan jasmani 2. Keindahan moral 3. Keindahan akal 4. Keindahan mutlak
  • Semua keindahan di dunia ini merupakan imitasi, peneladanan, pembayangan, peniruan yang disebut “ Mimesis ”. Mimesis bukan peniruan biasa, tetapi sebuah daya representasi yang timbul sebagai akibat kesempurnaan karya sehingga timbulah kegairahan. Menurut Plato, karya seni hanya dapat meniru kenyataan, dengan konsekuensi logis karya seni berada di bawah kenyataan. Tapi karya seni yang sungguh-sungguh selalu berusaha untuk mengatasi kenyataan.
Baca Selengkapnya... → Estetika Plato

Seni Dalam Konteks Politik

“Politik yang sesungguhnya tak terpisahkan dari kehidupan dan sebaliknya. Mereka yang menganggap dirinya tak berpolitik tidak lain karena telah berpadu dengan politik yang berlaku, maka tidak merasa lagi, dianggap sudah sewajarnya. Terutama di masa sejarah, hampir semua karya sastra adalah berpolitik tentu saja orang perlu membukakan pengertiannya dan menerima kenyataan, bahwa politik bukan kepartaian, tetapi segala sesuatu yang berhubuangan dengan kekuasaan. Selama orang hidup didalam masyarakat, selama itu dia ikut serta dalam politik dalam sastra jawa Mahabharata, Ramayana, Arjuna Wiwaha, Bharatayuda, Lubdaka,dan seterusnya sampai pun pada negara kertagama, bukankah itu mengagungkan kekuasaan yang berlaku pada masanya, maka juga berarti karya politik sekaligus karya sastra”

Kutipan dari Novel Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya Pramoedya Ananta Toer di atas menyiratkan betapa politik dan kesenian memang sulit dipisahkan. Seni sebagaimana politik, adalah bagian dari masyarakat yang saling mewarnai satu sama lain, saling mengangkat, tapi kadang juga saling menjatuhkan.

Politik sendiri adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Berdasarkan teori pragmatik, seni dapat dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan kepentingan dan tujuan tertentu kepada publik penikmatnya. Jenis karya seni dalam konteks ini memiliki kegunaan praktis, dalam arti langsung dirasakan manfaatnya. Salah satu tujuan yang menjadi muatan itu adalah tujuan yang bersifat politis. Sebagai contoh musik dangdut, ketoprak, ludruk, dan sebagainya ditampilkan untuk membawa misi atau tujuan tertentu, misalnya propaganda calon pimpinan partai, bupati, gubernur, presiden, dan sebagainya. Atau pertunjukan teater, karikatur, atau karya satra yang mengangkat masalah-masalah politik sebagai temanya. Tentu hal ini sah-sah saja mengingat seni dapat dipandang sebagai suatu alat untuk menyampaikan hal- hal yang diinginkan penyajinya, bahkan kadang-kadang unsur politik itu sendiri dapat menjadi warna tersendiri yang menjadi ciri khas sebuah karya seni yang diciptakan (setidaknya dalam suatu era tertentu) seperti dalam novel-novel Pramoedya, puisi-puisi Chairil, lukisan-lukisan Sudjojono atau Affandi misalnya.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah seni yang di tampilkan akan mendapat respon estetik dari publik sebagai pemberi nilai pada sebuah karya seni di tengah muatan-muatan bersifat politis yang menyertainya ?

Mungkin akan sulit terjawab karena semua itu ada pada nilai yang diberikan oleh masyarakat sebagai apresiator, tapi dalam sejarah semua itu seolah melebur dan seni tetaplah sebagai seni terlepas bahwa seni dalam kenyataannya sering mendapat muatan politik. Seni akan tetap indah dan bernilai ditengah muatan-muatan yang menyertainya sepanjang seni tidak keluar dari pakem-pakemnya. Justru disinilah tantangan bagi seorang pencipta karya seni untuk dapat mengolah sebuah muatan (politik) sebagai sumber kekayaan estetis yang dikandungnya.

Baca Selengkapnya... → Seni Dalam Konteks Politik

Pendidikan Seni

Disaat zaman mulai bergeser yang tentu saja diikuti oleh pergeseran kebudayaan, kadang ada sedikit kegelisahan yang muncul jika kita mencoba berpikir mendalam dan refleksif. Akan banyak kita temui ketidakseimbangan dalam kehidupan saat ini, dimana kebanyakan orang berpikir serba praktis dan mengesampingkan nilai-nilai yang sebenarnya merupakan patokan atau tolak ukur sebuah kebenaran.

Ketidakseimbangan ini juga terjadi dalam bidang pendidikan, yang mana pada masa sekarang ini pendidikan cenderung mengarah pada pendidikan intelektual saja, tanpa adanya keseimbangan dengan pendidikan estetis. Disadari atau tidak, ketidakseimbangan ini sebenarnya sama dengan mereduksi kemampuan intuisi manusia yang sebenarnya harus seimbang dengan kemampuan logisnya, yang keduanya telah menjadi kodrat manusia. Ketidakseimbangan ini harus cepat kita sadari dan kita atasi demi tercapainya tujuan pendidikan yang hakiki yaitu menjadi manusia seutuhnya.

Seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu berkembang diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi. Dan sekolah sebagai pusat transformasi nilai-nilai tentunya berperan besar dalam mengemban amanat pendidikan yang merupakan upaya utama dalam membentuk generasi yang akan datang, yang diharapkan akan menjadi generasi yang unggul dan membawa perubahan positif di segala bidang.

Dalam perkembangannya senipun akhirnya bukan lagi sekedar sebuah kemampuan yang diajarkan turun temurun, tapi seni adalah sebuah alat untuk menyampaikan ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah-sekolah. Karena seni dapat memberi sebuah pengalaman rasa kepada peserta didik, dan pengalaman itulah yang akan merangsang kemampuan berpikirnya. Seni adalah sebuah disiplin yang unik karena dapat menyentuh ranah kognitif, afektif sekaligus psikomotor dalam diri peserta didik, dan hal ini tidak dapat kita temui dalam disiplin ilmu-ilmu lain yang diajarkan.

Oleh karena itu, harus kita sadari dan kita bentuk sebuah konsep pendidikan seni yang akan mendukung kemampuan berkesenian sekaligus kemampuan siswa dalam menangkap keseluruhan ilmu-ilmu yang diajarkan. Dan perumusan konsep pendidkan seni selayaknya memandang seni dengan cara sebagai berikut :

1. Seni sebagai dasar pengalaman, yaitu penanaman nilai-nilai yang bersifat universal, dan kekal, sehingga akan terus menjadi salah satu sumber dalam pencarian kebenaran sepanjang hayat.

2. Seni sebagai sebuah lahan penciptaan, yaitu sebagai tempat menggali potensi dan eksplorasi kemampuan-kemampuan yang didapat dari pengalaman-pengalaman lain sehingga seni itu sendiri dapat menjadi kaya akan nilai dan menjadi lebih dinamis.

3. Seni sebagai media aktualisasi diri, yaitu tempat bagi setiap peserta didik bereksistensi, selanjutnya dapat memandang dirinya dengan refleksi dari hasil-hasil yang telah dicapainya.

Dengan cara pandang seperti tersebut diatas, maka segeralah kita sadari bahwa pendidikan seni merupakan sebuah fondasi yang sangat penting bagi bangunan pendidikan, sehingga seni dapat menopang segala beban perubahan dan pergeseran yang tidak dapat dihindarkan dari berjalannya sebuah era. Pendidikan seni akan terus menyesuaikan diri dengan perubahan sekaligus mewarnainya.

Baca Selengkapnya... → Pendidikan Seni

Hujan


Hujan....
Adakah kebekuan ?

Hujan....
Adakah kesepian ?

Ditengah deraimu aku termenung....
Memandang tetes airmu yang bercampur air mataku sendiri....

Makin lama....
Makin tak dapat kubedakan....

Hujan....
Adakah kau mengerti ?

Hujan....
Adakah kau peduli ?
Baca Selengkapnya... → Hujan

Jumat, April 10, 2009

BOCAH OBSESIF TAK TAHU DIRI


Gua mau curhat nih….yah….lu semua mungkin gak bakal terlalu peduli….karena lu pasti lagi banyak masalah juga….ehm…gua males kuliah nih….masih gua cari-cari sebabnya….ada banyak kemungkinan….bisa aja gua terganggu karena masalah ekonomi ato cewek ato kesehatan ato emang gara-gara gua ini bego mutlak dan masih banyak ato-ato yang lain...…gak ngerti pokoknya…tapi lama-lama gua mulai punya jawaban lain atas semua ini….

Lu pasti pernah kecil kan ?? ato jangan-jangan lu sekarang juga masih kecil ?? ha3x…bercanda….nah…pas lu kecil lu pasti punya cita-cita kan ?? ya setidaknya kalo lu ditanya ortu lu ato guru TK lu “ NANTI KALAU SUDAH BESAR ADEK MAU JADI APA ? “ setidaknya dulu lu punya jawaban buat pertanyaan itu kan ? setahu gua sih yang paling laris dijadiin cita-cita itu ya DOKTER !! anak kecil aja udah tau kalo kita ini emang butuh banyak dokter, karena emang masyarakat kita doyan sakit, tapi anak kecil kagak tau kalo mau jadi dokter itu biaya kuliahnya mahal !! yang kedua adalah PRESIDEN !! nah kalo yang ini gak tau deh apa sebabnya, mungkin anak kecil gak ngerti kalo jadi presiden itu repotnya minta ampun…tekanan batin…..gini salah, gitu salah….eh tapi gini salah gitu salah itu kok kayak anak kecil ya ?? kita dulu pas masih kecil kan salah mlulu…jadi mungkin anak kecil juga udah ngerti kalo jadi presiden itu gampang aja, cukup ngrasa kayak anak kecil aja.Hehehe….terserah lu deh mau jadi apa…

Nah…itu cuma contoh cita-cita yang sempat diucapin dimasa kecil….tapi lu tau kan kalo cita-cita itu gak mesti diucapin….kadangkala cita-cita itu tercermin dari sikap kita yang obsesif pada sesuatu….nah ini yang mau gua certain ke lu semua…

Gua dulu gak pernah bisa jawab kalo ditanya cita-cita…bingung….tapi setelah gua ingat-ingat sejak kecil gua ternyata udah punya obsesi….yaitu : JADI ORANG SAKTI !! pokoknya dalam pikiran gua waktu itu kalo udah sakti itu bisa ngapain aja…lari secepat angin, jalan di atas air, terbang, ngalahin musuh pas berantem (nah, yang ini penting, mungkin karena dulu gua kalah mlulu kalo berantem, badan gua mungil sih…jadi menurut gua solusinya cuma satu…..HARUS SAKTI !!) aduh…gua dari kecil emang udah rada error….

Nah yang namanya obsesi itu kan kudu dikejar…gua juga begitu…hhmmm awalnya gua nyari cara gimana biar dapet ilmu-ilmu yang bisa bikin gua sakti…gua pikir-pikir…..lama….

KETEMU !! gua harus nyari buku !! nah kebetulan tetangga gua ada yang jualan buku keliling….n suatu kali gua pernah liat buku yang dia jual…buku silat !! jitu juga kan pilihan gua?? nah suatu pagi gua udah mogok masuk sekolah gara-gara minta dibeliin buku itu….udah beberapa hari gua minta tapi gak dibeliin….karena ortuku mikir itu gak penting !! tapi gua ngotot n ngancam gak mau masuk sekolah kalo gak di beliin….akhirnya gua dikasih duit buat ngebeli tuh buku, gua masih ingat harganya 750 perak….ha3x….gua belinya pagi-pagi sebelum berangkat sekolah. Mulai saat itu buku itu jadi sahabat setia gua, buku warna ijo yang disampulnya bergambar orang lagi nendang itu gua bawa kemana-mana sampai lecek….lumayan….paling tidak dengan ngebawa buku itu kemana-mana temen gua yang ngliat jadi ngeri duluan sama gua Hehehe…..

Tapi lu tau gak ? gua kesulitan ngapalin jurus-jurusnya…..pusing !!!! akhirnya gagal deh jadi pendekar….mau jurus kayak apa tetep juga tenaga gua letoy….gua harus nyari cara lain….akhirnya gua nyari buku lain…yang masih berhubungan sama obsesi gua….

KETEMU !!!! gua dapet buku ILMU KADIGDAYAAN, yang nulis Ki Wongso Panji Indrajit, wah gua semangat abis…..gua baca dengan seksama tuh buku…isinya tentang melatih pernafasan n konsentrasi….gak banyak cingcong langsung mulai gua praktekin deh semua petunjuk di buku itu….hhmmm pertama : KONSENTRASI….waduh…gua kira gampang ngosongin pikiran…ternyata susah !!!! karena gua ternyata gak bisa ngilangin pikiran gua kalo gua ini pengen jadi orang sakti !!!! gua gak bisa konsentrasi….sialan !! terus gua baca lagi bab yang rada belakang, ada petunjuk yang nerangin kalo harus nglatih konsentrasi di sungai tengah malem gitu….waduh…ngeri….lemes deh gua…ilmu yang satu ini terlalu berat buat gua….akhirnya gua putusin buat nyari yang instant aja……

KETEMU !!!!! ah jalan gua selalu dimudahkan sama Tuhan…..gua nemu buku PRIMBON JAPA MANTERA…..warnanya item….wah gua pikir ini cara yang paling tepat…praktis….gua buru-buru baca mantera-mantera yang tertulis dalam buku…tapi gua lemes lagi karena di bawah mantera-mantera itu ada syarat-syarat yang harus dilakuin…yang paling umum itu ya puasa…rata-rata 3 hari trus dilanjutin pati geni (memadamkan hawa nafsu) sehari semalam….wah berat….tapi gua masih belum mau berhenti….gua buka-buka tuh buku….tujuan gua : nyari mantera yang syaratnya ringan….yang gak usah pake acara puasa-puasa segala ( lha pas itu gua kan masih kecil, puasa Ramadhan aja masih setengah hari…harap maklum. Hehehe…)

KETEMU !!!!! ternyata ada juga beberapa mantera yang gak pake syarat berat…cukup dibaca aja saat diperlukan, siiiiiiplah....!!gua udah hampir jadi orang sakti !! tapi lagi-lagi gua harus kecewa…mantera-mantera yang bersyarat mudah itu ternyata mantera-mantera “tidak bermutu” yang digunain buat menarik lawan jenis, trus buat bikin musuh kita takut….gua kagak suka, pas itu gua gak butuh menarik lawan jenis…trus gua gak pengen musuh gua jadi takut duluan sama gua…gak jadi berantem donk !! yang gua mau itu gua bisa ngalahin musuh gua pas berantem…lu ngerti kan maksud gua ???

Ah…..gua gagal jadi orang sakti…..nah…bokap gua tuh tau juga akhirnya kalo gua senewen pengen jadi orang sakti….bokap bilang sama gua “ orang sakti itu bukan orang yang bisa ngalahin orang lain, tapi orang sakti itu orang yang tidak pernah menyebabkan orang lain ingin menyakitinya, karena kebaikan hatinya pada semua orang “ udah deh…sejak saat itu gua insyaf…gua behenti bermimpi jadi “orang sakti” hehehe……

Nah……jangan-jangan sebenarnya cita-cita gua adalah jadi orang sakti….makanya sekarang gua males ngapa-ngapain itu mungkin karena yang gua lakuin sekarang ini bukan dalam rangka mengejar cita-cita gua….karena cita-cita gua udah kandas sejak lama…..ah entahlah….gua juga terpaksa critain hal ini ke lu semua…biar lu nyadar n lu kagak sembarangan bercita-cita….ntar lu bisa pusing kayak gua…..



Baca Selengkapnya... → BOCAH OBSESIF TAK TAHU DIRI

KETIKA MUSIM GLAGAH TIBA (1)



Kulihat lagi bunga tebu melambai-lambai….ah....waktu berjalan demikian cepat..aku hampir tak percaya bahwa ini adalah musim glagah yang kesekian kalinya….

Aku ingat orang-orang yang hanya ada dalam pikiranku, jika kulihat bunga-bunga tebu itu, aku selalu ingat pada Beno, Kang Dasuki, Kak Ina, Bapak, Ibu….

Aku rindu pada dunia yang hilang, pada cerita-cerita yang terkubur jauh dalam ingatan….

Beno….apakah kau masih bermimpi melanjutkan sekolahmu ke kota ?
Apakah kau masih bermain dengan baling-baling glagahmu ? Ben….maafkan aku, siang itu aku benar-benar tak sengaja merusak menara glagahmu yang kau buat dengan susah payah….tapi aku yakin kau sudah mendapatkan menara yang baru di samping sumur, maafkan aku, itu menara yang aku buat untuk mengganti menara glagahmu yang terinjak olehku, memang tidak sebagus buatanmu, tapi aku yakin kau mau memaafkanku….

Kang Dasuki….maafkan aku, selama ini aku telah salah menilaimu, aku selalu menganggapmu orang jahat yang tak berperasaan…tapi sejak peristiwa panen tebu dulu, saat kau berikan semua upahmu untuk membantuku membeli sepeda, aku terpukul oleh penyesalanku. Kang, di mana kau sekarang? Aku rindu suara adzanmu….aku ingin ikut denganmu lagi, menyusuri sungai kecil yang gelap tertutup rumpun bambu yang tiada habisnya….

Kak ina….buang jauh-jauh wajah murungmu….aku tak ingin melihatmu bersedih lagi, aku mengerti perasaanmu, aku dengar semua tangisanmu, Kak….aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sangat menyayangimu….

Bapak….jangan pernah marah lagi….maafkan aku Pak, aku jarang mendengar nasihatmu….

Ibu…..tiap malam aku selalu memikirkanmu, walau aku tak pernah melihat wajahmu….aku sangat ingin merasakan belaianmu….walau tak mungkin…tapi aku yakin kau akan tetap membelaiku nanti…..karena hanya engkaulah ibuku….takkan pernah bisa kudapatkan lagi penggantimu….


Ah....musim glagah kali ini sepertinya memutarbalikkan waktuku jauh ke belakang.....

Baca Selengkapnya... → KETIKA MUSIM GLAGAH TIBA (1)

Pengakuan



Ya Tuhanku, tak layak bagiku menghuni surga firdausmu...
Namun aku tak kuat bila menempati neraka jahim...
Maafkanlah semua kesalahanku...
Dan ampunilah semua dosaku...
Karena hanya Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa besar...
Baca Selengkapnya... → Pengakuan

Kamis, April 09, 2009

Foto-foto yang menyesatkan

Gua kagak ngerti pokoknya kenapa gua gelisah mlulu ni sejak beberapa bulan lalu....‎

lu semua ngerti kan kalo beberapa bulan terakhir ni mata lu dipaksa buat ngeliatin ‎gambar-gambar caleg yang di mana-mana bisa lu liat....di perempatan....di pinggir ‎jalan...di pohon-pohon....

Ah....lu pasti ngerti...lu kan gak buta....‎

Nah gua tuh heran aja dengan kecenderungan caleg-caleg sekarang yang nampilin foto ‎tokoh-tokoh besar baik tokoh masa lalu maupun tokoh yang sekarang masih ‎berkuasa.....apa maksudnya ?? gua sendiri juga kagak ngerti.....gua bego sih....tapi buat ‎gua itu menarik kalo gua kait-kaitkan sama masalah karakter....‎

Lu ngerti kan sekarang caleg-caleg yang mencalonkan diri bejibun banyaknya, dengan ‎berbagai latar belakang yang gua sendiri juga kagak ngerti....kenal juga kagak.....‎

nah....gua yakin foto-foto tokoh dibelakang foto si caleg itu adalah sebuah permainan ‎tanda....gua kagak ngerti semiotika...kagak paham !! Tapi gua punya pandangan bahwa si ‎caleg berusaha
“ meminjam ” karakter dari tokoh-tokoh besar yang dipampang ‎gambarnya itu….‎

‎Sebenernya ini udah lama dipake…dari pengamatan gua yang dari dulu pake acara ‎masang gambar tokoh besar sebagai background itu ya….si politikus wanita…anaknya ‎Founding Father negeri ini….tau kan ?‎

Gua sih kagak mau ribut-ribut soal ini….terserah dia….mau pasang background apaan…. ‎Yang gua takutin itu ya ntar orang-orang pada ketipu sama permainan ini….dan secara ‎tidak sadar beranggapan bahwa dalam diri si politikus atau caleg yang bejibun itu ada ‎karakter seperti karakter si tokoh besar...nah…dari sini kan muncul “kenapa?”‎

Bisa macem-macem kemungkinannya….bisa aja tuh polilikus kagak PD sama dirinya ‎sendiri, ato dia emang kagak punya karakter kuat, jadi perlu pinjem karakter orang ‎laen….ato dia emang pemuja tokoh yang dia pake gambarnya buat background fotonya ‎itu….ato yah…biar rame aja gambarnya…gua kagak ngerti….. ‎

Ya mungkin lu pikir gua suka su’udzon sama orang…..karena kenapa ?? kan bisa aja maksud ‎dari ditampilinnya foto tokoh-tokoh besar itu cuma buat ngasih tau lu semua kalo si ‎politikus itu mau nerusin perjuangan ato cita-cita si tokoh….kan gak papa….nah lo….gua ‎emang berprasangka buruk sama orang kayaknya……takut dosa gua…..udah ah gua juga ‎gak peduli-peduli amat……gatel aja pengen nulis…..‎







Baca Selengkapnya... → Foto-foto yang menyesatkan

LAMPU-LAMPU PERBUKITAN

Aku berjalan disuatu petang…..‎
Petang yang ganjil bagaikan mimpi….‎
Petang di perbukitan yang menghitam….‎
Di bawah cahaya kemerahan yang perlahan menghilang….‎

Entah….aku seolah terbang…..‎
Melayang bersama angin perbukitan yang beku….‎
Aku terhanyut….‎
Hilang tertutup kabut….‎

Sampai akhirnya kurasakan….‎
Gemerlap ribuan cahaya menusuk mataku….‎
Aku terkesiap….‎
Dihadapanku terhampar lautan berlian….‎

Mulutku ternganga….‎
Aku hilang….‎
Tertelan cahaya berlian….‎
Aku hampir binasa....

Kucoba keluar dari belenggu ini….‎
Dari mimpi-mimpi ini…. ‎
Tapi sia-sia….‎
Karena aku tidak sedang bermimpi….‎

Cahaya itu nyata….‎
Cahaya itu memang ada….‎
Aku berteriak lepas….‎
Diantara lampu-lampu perbukitan…..‎















Baca Selengkapnya... → LAMPU-LAMPU PERBUKITAN

Rabu, Maret 18, 2009

Senja Suatu Ketika

PERNAH KUSAKSIKAN SENJA YANG BEGITU MEMESONA....
MEMBIUS, MELUKAI....
TETAPI ITULAH SENJA....

SENJA MENYERETKU KE DASAR JURANG KERINDUAN....
KE PUNCAK KEGELISAHAN....

AKU TERJEBAK DALAM DIAM....
LENYAP TERGULUNG LANGIT....

Baca Selengkapnya... → Senja Suatu Ketika

Rabu, Februari 25, 2009

Senja (1)


Senja kembali hadirkan kenangan sederetan masa, dan mendung seolah bercerita tentang luka-luka yang tak jua mengering nun jauh terpendam di dalam dada

Apakah malam-malam akan bernyanyi? atau ia kan hadirkan jeritan dari jiwa-jiwa yang kesepian?

Pertanyaan takkan pernah ada habisnya, walau mata air jiwa tak pernah berhenti memancarkan jawaban-jawaban untuknya


Kembali terjatuh dalam lembah-lembah sunyi dan terpuruk dalam ketiadaan yang tak pernah peduli


Aku, senja dan mendung...dialog yang tak berujung pangkal



(31 Januari 2008)



Baca Selengkapnya... → Senja (1)

Sabtu, Februari 21, 2009

Surat Terakhir



RUANG DAN WAKTU YANG MENGIKAT

Dulu, aku pernah berjanji akan menulis surat untukmu dengan tanganku sendiri, dan inilah surat yang kujanjikan itu. Seumur hidupku belum pernah kutulis satu suratpun untuk seseorang. Aku hanya ingin bercerita-seperti biasa-tentang hal-hal yang tak mungkin terlewati olehku, juga olehmu………

Banyak hal-hal yang tak kumengerti sejak pertamakali kutemukan kesadaranku, hingga hari ini aku masih saja terbelenggu oleh pertanyaan tentang siapa aku. Kudengarkan suara angin dan berharap ia akan membisikkan sesuatu yang selama ini aku cari-cari, kurekam warna-warna senja sambil menahan rintihan kehampaan yang tak terdengar oleh siapapun, bahkan olehku sendiri.

Selalu kucoba menerobos waktu atau lebih tepatnya persepsiku tentang waktu untuk mencari semua yang belum sempat terekam oleh inderaku. Ada ribuan ruang kosong yang selalu menarikku untuk mencoba memasukinya, dan diantara ribuan ruang kosong itu, aku menemukanmu. Sejak saat itulah aku mulai sibuk mencari bagian dirimu yang lain, di ruang-ruang lain yang tersekat oleh jeda persepsiku tentang waktu. Kulakukan hal-hal yang sebenarnya ditolak oleh pikiranku sendiri. Tahukah kau? bahwa dalam dirimu ada sekeping puzzle kehidupanku…….

Lama kupikirkan tentang misteri-misteri yang terselubung dalam silaunya sinar kehidupan. Bising dan hiruk-pikuk manusia rasanya semakin mendorongku untuk lari ke sebuah tempat dimana aku tak tersentuh oleh cahaya. Aku berlindung kepada ketidakpercayaan dan yakin kepada pertanyaan-pertanyaan. Akupun mulai bertanya-tanya tentang diriku, karena kumerasa diriku telah lama hilang entah kemana. Aku hanya bergerak dengan tubuh yang rapuh ini kesana kemari tak tentu arah. Dan kurasakan itu sungguh sangat menyiksa batinku, aku sedemikian benci dengan kesadaran akan ketiadaanku, aku ingin mengakhiri semua ini dengan mengakhiri apa yang disebut orang sebagai kehidupan.

Malam-malamku terasa menyiksa, sangat menyiksa, ia melahirkanku dipagi hari sebagai manusia baru, yang tak mengerti tentang apapun. Dan saat senja mulai berbisik bahwa malam akan menggantikannya, lagi-lagi kubertanya tentang janji-janji atau harapan-harapan yang mungkin masih ada atau habis samasekali. Senja telah lewat dan waktu aku putar balikkan ke sebuah titik yang tak terpahami olehku…..

Dititik itu ada kau,dengan segala yang tak kumengerti tentangmu. Kau bertemu denganku pada suatu ruang yang entah sekarang berada dimana, pada suatu ketika yang hanya tinggal persepsinya saja dipikiran. Sebuah momen yang ambigu.Dengan segala yang tak kumengeti tentangmu kucoba rasakan apakah waktu berlaku sama padamu, seperti yang ia lakukan padaku.Dengan segala yang tak kumengerti tentangmu, kucoba melacak titik persimpangan antara takdirku dan takdirmu, persimpangan yang memang sudah menjadi konsekuensi dari kesatuan ruang yang kita masuki.

Kawan, yakinlah pada garis hidupmu, yakinlah pada simpul-simpul takdir yang mengikatmu, yakinlah bahwa hari inilah masa depan itu. Kau akan kembali pada saat ini, karena dimasa yang kau anggap masa depan itu, akan kau temukan jejak-jejakmu hari ini, dan ternyata jejak itu berada di depan langkahmu saat itu. Hari ini, rentetan kejadian telah mengantarkanku pada janjiku, surat ini akhirnya kutulis juga, tak dapat kuhindari lagi, ku ingin berlari dari ketentuanku, tapi waktu tak pernah ingkar, ia munuju sebuah kepastian yang justru betentangan dengan ketidakpastian yang membelengguku. Dan surat ini adalah sebuah janji dari waktu yang kucoba lewatkan. Tapi aku tak mampu.

Rasanya suratku tak menjelaskan apa-apa, kosong ,hampa, tak berisi apapun kecuali teka-teki. Memang begitulah semuanya, selalu tak terjawab dengan sempurna. Sungguh sebuah hal yang luar biasa dipertemukan dengan orang sepertimu, rasanya bagaikan mimpi, mimpi yang terbang dari sangkar ketaksadaran.

Terimakasih kepada ruang dan waktu yang berkolaborasi membawa dan menempatkanmu sesaat dalam persinggahanku. Terimakasih atas semua maafmu yang tiada habis-habisnya kuminta, bahkan kurampas. Aku tak yakin Ruang dan Waktu akan sepakat untuk memberiku sebuah kesempatan lagi untuk menemuimu disuatu momen baru. Tapi aku bisa menjengukmu di dalam ruang-ruang yang penuh kristal. Dan tahukah kau bahwa kristal-kristal itu bisa menghadirkanmu sama seperti dulu? Karena sebenarnya aku tak mau Ruang dan Waktu mengikatku. Surat ini kutulis dalam pertahanan mentalku yang terakhir, dengan segala yang tak kumengerti tentangmu.



( Untuk persahabatan yang kuhentikan, untuk luka-lukamu yang tak mampu lagi kusembuhkan, untuk semua yang kau goreskan dan takkan pernah terhapus lagi )





Baca Selengkapnya... → Surat Terakhir

Jumat, Februari 20, 2009

Mother

Ibu, kenapa hanya pada saat di dekatmulah kumerasa nyaman?
Karena aku tahu, bahwa engkau telah menyayangiku jauh sebelum aku dilahirkan....
Karena aku tahu, engkau telah mengharapkan kehadiranku....
Engkau adalah orang yang menyayangiku bahkan sebelum tubuhku terbentuk...

Aku tak mengerti hidup ini, tapi ada satu hal yang aku tau pasti....
Bahwa engkaulah orang yang ditakdirkan untuk mencintaiku....

Karena itu kupilih takdirku sendiri untuk "MENCINTAIMU"
Baca Selengkapnya... → Mother