Oleh: Fariha Ilyas
Rembulan akan buram semalaman
Kau percaya aku?
Ya, buram semalaman
Rabun
Saat itulah kita mestinya.......
Melupakan hari-hari muram yang selama ini
Tanpa pernah berhenti menakut-nakuti
Melumpuhkan, menjebak kita dalam ruang sempit
Mendesak, nyaris membuat kita mati terhimpit
Saat itulah kita harusnya........
Bergandeng tangan, berjalan memutari taman dengan suka-cita
Sambil terus tersenyum, terus melangkah, menginjak-injak duka
Jangan pikirkan lagi ancaman, atau gertak-gertak
Yang merenggut, memaksa, merusak
Saat rembulan buram semalaman
Setelah berkeliling taman
Setelah bergandeng tangan
Setelah duka binasa
Saat itu kita selayaknya........
Berpelukan di simpang jalan
Menangis untuk yang terakhir kalinya
Dan sama-sama melepaskan diri dari apa yang kita ingini selama ini
Kukecup kau dalam segala rela
Tanpa sentuhan lagi
Tanpa kata-kata lagi
Suatu malam, sepanjang malam itu
Rembulan akan menjadi buram
Kau percaya aku?
Percayalah
Karena malam ini rembulan sudah
Ia buram, semalaman
Menurut titah
Tapi kita tak ada di taman
Di ujung jalan
Berpelukan
Kita tak diseret waktu
Untuk saling bertemu
Saat sang saksi peristiwa malam
Menjadi buram
(Dini hari. Surakarta, 9 Januari 2012)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya