Senin, Januari 23, 2012

Buram

Oleh: Fariha Ilyas


Rembulan akan buram semalaman

Kau percaya aku?

Ya, buram semalaman

Rabun


Saat itulah kita mestinya.......


Melupakan hari-hari muram yang selama ini

Tanpa pernah berhenti menakut-nakuti

Melumpuhkan, menjebak kita dalam ruang sempit

Mendesak, nyaris membuat kita mati terhimpit


Saat itulah kita harusnya........


Bergandeng tangan, berjalan memutari taman dengan suka-cita

Sambil terus tersenyum, terus melangkah, menginjak-injak duka

Jangan pikirkan lagi ancaman, atau gertak-gertak

Yang merenggut, memaksa, merusak


Saat rembulan buram semalaman

Setelah berkeliling taman

Setelah bergandeng tangan

Setelah duka binasa


Saat itu kita selayaknya........


Berpelukan di simpang jalan

Menangis untuk yang terakhir kalinya

Dan sama-sama melepaskan diri dari apa yang kita ingini selama ini

Kukecup kau dalam segala rela


Tanpa sentuhan lagi

Tanpa kata-kata lagi


Suatu malam, sepanjang malam itu

Rembulan akan menjadi buram

Kau percaya aku?

Percayalah


Karena malam ini rembulan sudah

Ia buram, semalaman

Menurut titah


Tapi kita tak ada di taman

Di ujung jalan

Berpelukan


Kita tak diseret waktu

Untuk saling bertemu

Saat sang saksi peristiwa malam

Menjadi buram


(Dini hari. Surakarta, 9 Januari 2012)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya