Senin, Januari 23, 2012

Kemarin

Kemarin

oleh Fariha Ilyas pada 2 Desember 2011 pukul 4:29

Oleh: Fariha Ilyas

Sekar, akhirnya hari itu tiba juga, dan sekarang telah lewatlah ia sebagai sebuah masa lalu. Entah kenapa tak sekalipun aku mampu membayangkan hari esok. Seperti hari kemarin yang tak terbayangkan sebelumnya.

Sekar, aku ingin kau mengerti bahwa kebahagiaan terbesarku adalah melihat dia yang telah lama kukenal menjadi salah satu yang terbaik diantara kami. Walau kita mengerti bahwa semua ini belum rampung, namun aku berharap banyak dengan duduk di deret depan ia mampu melihat dunia dengan rasa optimis. Aku berharap ia melihat dunia dengan lebih terang daripadaku yang meringkuk bimbang diantara keramaian pada medioker yang tak pernah disebut-sebut namanya.

Aku ingin mengucapkan selamat kepadanya yang telah lama kukenal. Dengan rasa sukacita dan kebanggaan yang tak tergambarkan. Kebanggaan itu tak kuberikan seluruhnya kemarin, sebagian yang lain masih kusimpan dengan harapan yang jauh lebih besar: Aku ingin kembali bangga padanya kelak.

Ia adalah sahabatku yang terdekat. Tak pernah ada yang akan merubahnya, karena persahabatan kami layaknya pahatan yang terlampau dalam untuk diratakan kembali. Kami memahatnya di atas sesuatu yang lebih keras dari batu, ia adalah waktu.

Kutuliskan ini sehari setelah peristiwa yang selalu ingin kukenang itu. Karena aku ingin batu itu semakin keras, dan seluruh yang terukir di sana akan selalu nampak sama, tak akan berubah lagi karena di sana tak ada lagi peluang bagi kemungkinan. Masa lalu adalah pasti. Dan aku selalu menyukai saat kami berdua berada di dalam kepastian. Kepastian menjadi begitu sulit saat kami memikirkan masa depan yang penuh ancaman dan ketakutan yang tak terjelaskan.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya