Senin, Januari 23, 2012

Mungkin

Oleh: Fariha Ilyas

Mungkin kita tak terlalu asing dengan pelangi, lisong, atau jagung.

Mungkin adalah bagian dari masyarakat yang akrab dengan pedesaan yang dipenuhi hamparan sawah, arus sungai, dan rumpun bambu.

Atau kita adalah penghuni pinggiran kota yang padat, kumuh, dan bau.

Mungkin kita terbiasa melihat matahari, bintang, hutan, dan laut.

Mungkin apa yang disajikan dunia hanya itu-itu saja. Biasa.

Mungkin kitajuga sudah sangat mengerti bahwa perasaan kita dapat bergerak tanpa kita kendalikan sendiri.

Lalu kenapa kita perasaan kita masih saja terlampau lembek saat ia tersandung sesuatu yang berlawanan dengan harap? Padahal kita sama-sama tahu bahwa di dunia ini hanya ada dua hal yang berlawanan sekaligus berpasangan.

Lalu kenapa kita masih sering bersedih, dan menangis?

Pelangi hanya diam, ia menjadi lagu-lagu dan puisi-puisi.

Lisong dan jagung menjelma menjadi sajak-sajak yang abadi.

Semua terjadi karena manusia memiliki daya mengubah keyataan.

Jika hal-hal biasa di luar diri kita saja mampu diubah menjadi sesuatu yang lebih berharga, mengapa perasaan yang ada dalam diri kita hanya kita biarkan menjadi luka?

Kecewa? Disakiti? Tidak dihargai?

KITA SEMUA PERNAH MENGALAMINYA

(Surakarta, 8 Oktober 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya