Oleh: Fariha Ilyas
Lampu-lampu kuning dan kota yang sepi malam ini
Di gang-gang tak ada orang
Kota yang pulas dalam selimutnya yang melelapkan
Kota yang selalu kuakrabi waktu malam
Dalam langkah-langkah biasa
Sampailah aku di ujung salah satu gang
Dengan duduk bersandar pada tembok tua itu
Ia meniupkan melodi-melodi malam
Ia kawanku, kawan yang tak kukenal
Namun seringkali mengakrabiku
Dengan melodi-melodi malam sepi
Yang bicara sendiri dengan liukan nada-nadanya
Seekor kucing melintas di depanku
Entah ke mana ia akan pergi
Tak nampak lagi setelah melompat di balik pot-pot tanaman
Yang tertata di halaman sebuah rumah
Melodi-melodi malam berganti
Ia makin lama makin panjang
Makin meliuk suram
Melengkapi kuningnya kota
Kawan yang tak kukenal semakin asyik saja rupanya
Menabur nada-nada dalam sendirinya
Tak peduli aku ada atau berlalu
Ia tetap senang meniup lagu sendu
Aku melangkah berbalik arah, menuju jalan besar
Diiringi melodi malam yang lamat-lamat terdengar
Melambari langkahku dengan cerita yang tersembunyi
Yang hanya sang peniup harmonika yang mengerti
Seekor kucing melintas di depanku
Entah ke mana ia akan pergi
Ia bukan kucing yang tadi
Aku tak ingin memikirkannya lagi
Tapi seekor kucing melintas lagi
Dengan mata yang berkilat
Berjalan pelan
Entah ke mana
Lalu seekor lagi melintas
Seekor lagi
Seekor lagi
Banyak sekali
Apakah ini mimpi?
Ke mana kucing-kucing itu pergi?
Di malam dingin dan sepi begini
Bagiku yang sok tahu tentang pikiran kucing
Lebih baik tidur mendengkur hingga pagi
Tapi kucing-kucing juga punya agenda sendiri
Sepertiku juga barangkali
Yang selalu senang menyusuri malam
Yang membius kota setelah hujan
Barangkali kucing-kucing itu
Sedang membuat pesta
Atau semacam pertemuan penting
Yang membahas soal-soal hidup mereka
Ah, aku hanya berhayal tentang kucing-kucing kota
Melodi malam semakin lirih
Walau masih mengiris perih
Kucing-kucing kota
Lampu kuning
Aku
Kawan yang tak kukenal
Harmonika
Nada-nada
Aku terbius selimut malam
Di kota sepi
Setelah hujan
Kesadaranku tinggal separuh
Selebihnya
Hanya hayal
Membangun kenyataan yang tak utuh
(Malam. Surakarta, 8 Januari 2012)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya