Senin, Januari 23, 2012

Senjaku, Senjamu: Sebuah Oleh-oleh dari Waktu

Oleh: Fariha Ilyas

Sekar, hari ini aku akan mati. Aku tahu dengan pasti hal itu. Namun aku tak memikirkannya sebagai sesuatu yang berat karena kematian adalah hadiah termanis dari sebuah kehidupan yang terlampau bertele-tele ini. Untungnya diantara banyak hal yang bertele-tele itu kita sempat jatuh-masuk ke dalam sebuah kesederhanaan yang begitu polosnya: sebuah kesederhanaan inderawi.

Kita sempat sama-sama jatuh cinta kepada senja. Ya, dan cinta kita kepadanya tak mutlak. Tergantung kepada cuaca saja. Karena kita sama-sama pernah berselingkuh dengan angin, saat ia begitu lembutnya, sedang keindahan senja belum tiba. Kadangkala kita bermesraan dengan gerimis, saat senja tak mampu melawan mendung-mendung yang menjadi tirai penutup untuknya suatu sore.

Lucunya, kita merasa bahwa cinta kita hanya mencintai senja saja. Kita tak sadar bahwa selama ini cinta kita telah terbagi. Mungkin hanya karena senja lebih dahulu mendapatkan simpati dari rasa keindahan kita, mendahului angin, atau gerimis. Ia hanya lebih beruntung saja.

Barangkali karena senja terlanjur mendapat tempat istimewa itulah kita selalu ingat kepada saat kedatangannya. Aku sebenarnya bingung dan sering bertanya: apakah senja itu sesuatu yang datang? Atau ia hanya sesuatu yang melulu pergi? Ini tak beda dengan pertanyaanku tentang waktu. Datang atau pergikah ia?

Aku tak ingin mendengar jawaban bahwa: Sesuatu itu datang dan pergi. Itu bukan jawaban. Itu adalah cara menghindar dari kebingungan saja kurasa. Tapi selama ini tanpa disadari, kita telah mengiyakan pemahaman itu. Kita selalu menyambut kedatangan senja, kita sambut ia sebagai sebuah titik yang semakin mendekat dalam konsep waktu yang ada dalam benak, kita menyambut kedatangan senja saat mata kita baru saja terbuka di pagi hari. Sedang sorenya, barangkali lebih tepat jika kukatakan bahwa kita hanya melepasnya.

Entah, berapa ratus kali kita melepas senja berdua. Aku tak bisa mengingat semuanya walaupun kita sama-sama tiba kepada sebuah kesimpulan bahwa senja tak pernah sama. Aku kesulitan mengingatnya karena kekhasan senja yang selalu berbeda itu terbungkus oleh rasa kita yang selalu sama.

Kita sama-sama takjub dan gemetar pada salah satu keindahan yang tak lama berlangsung ini. Ia cepat sekali lenyap, dan barangkali karena itulah kita selalu tak puas melihatnya sekali. Kita ingin menuntaskannya lagi esok. Sialnya, seperti yang kuungkapkan tadi bahwa senja selalu saja khas setiap harinya. Ia selalu memakai hiasan yang berbeda setiap harinya. Kita selalu dipaksa menikmatinya dari awal lagi, dan sebelum kita puas ia lenyap. Terus begitu. Senja selalu saja membuat kita merasa kurang.

Itulah keindahan paling menakjubkan yang pernah kutemui dalam hidup, Sekar. Keindahan yang tak memenuhi diri kita dengan jawaban, melainkan sebuah keindahan yang membuka sebuah ruang kosong di benak kita. Ruang yang memungkinkan kita untuk meletakkan harapan-harapan kita akan keindahan-keindahan yang jauh lebih memukau.

Karena itulah aku tak takut mati.

Senja mengajariku meyakini bahwa keindahan itu merupakan sebuah rangkaian panjang yang lekat pada waktu. Tapi entah mengapa kita hanya mampu menangkapnya hanya sekali-sekali saja. Barangkali karena kita hidup dalam keadaan terbelenggu oleh waktu itu sendiri. Kita tak bisa mengendalikannya. Aku berangan-angan jika kita lepas dari belenggunya, aku akan melihat rangkaian panjang keindahan yang tanpa jeda. Keindahan yang selalu.

Karena itulah aku tak takut mati.

Sekar, itulah senjaku, senjamu. Ia adalah oleh-oleh dari waktu, ia kita dapatkan sekali, sekali saja, tak selalu, walau nampaknya kontinyu. Itulah jebakan rutinitas. Ia bukan pemberian sepenuhnya, Sekar. Karena pemberian sesungguhnya tak pernah kenal waktu. Keindahan sesungguhnya di luar waktu, di luar segala logika, di luar indera, dan di luar segala kira-kira.

(Surakarta, 27 November 2011)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sekar,akankah senja berakhir dalam waktu dekat?
dapatkah kalian bertahan tanpa adanya sang senja berkilau itu?

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya