Oleh: Fariha Ilyas
Guk! Guk! Guk! Guk!
Barangkali hanya itu yang terdengar di telinga mereka
Tapi dalam benakku telah tertanam suatu makna tentang:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Bahwa lolongku adalah puisi yang kau nantikan
Yang tersembunyi rapat dalam bunyi yang mengganggu:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Itulah cinta dalam ungkapan semurninya
Guk! Guk! Guk! Guk!
Guk! Guk! Guk! Guk!
Aku mencintaimu karena entah
Akulah jantan dan kaulah betina
Apa yang salah dengan semua ucap:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Guk! Guk! Guk! Guk!
Sialnya menjadi seekor anjing
Aku hanya mampu teriakkan:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Untukmu betinaku!
Guk! Guk! Guk! Guk!
Sayangnya kau manusia yang tak mengerti puisi:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Yang bagiku berarti cinta setulusnya
Saat kuhampiri lagi kau dengan kalimat:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Kau lempar aku dengan sepatu
Guk! Guk! Guk! Guk!
Aku lari ke kuburan mama
Kutanya dengan rangkaian kata:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Sepi
Aku teringat mama
Yang setiap kali membelaiku ia berkata:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Kutangkap makna bunyinya:
“Aku mencintaimu sepenuh hidup dan setelahnya”
Guk! Guk! Guk! Guk!
Aku tak mengerti
Kenapa sekarang puisi:
Guk! Guk! Guk! Guk!
Tak bermakna lagi
(Surakarta, 26 November 2011)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya