Oleh: Fariha Ilyas
Di emperan toko tutup
Dengan kain di wajah terkerukup
Ia tidur, entah bermimpi atau tidak
Tak hirau pada ramai kota yang terus berdetak
Sore ini
Pandanganku jatuh pada luka menganga
Di kaki kanannya yang tak terbaringkan
Entah berapa bakteri di sana
Tak ada daya di kepalaku untuk mengira, membayangkan
Sore ini
Gerimis masih betah-betah saja
Dan ia sama sekali tak berbahaya, untukku
Tapi badai datang mengguncang nalar dan jiwa
Merobohkan segala klaim atas kewarasanku
Sore ini
Mengapa ada jarak yang demikian lebar
Antara indera, nurani, dan nalar
Di jarak itu penuh ketakutan menipu
Yang menindas habis kesadaran atas kewajibanku
Sore ini
Dalam diri yang rumit inilah kutemukan banyak masalah
Sebuah pergulatan elegan nan tolol
Antara keinginanku dengan kehendak Allah
Aku berlalu dengan hati dongkol
Sore ini
Di atas motorku yang melaju pelan
Bayang-bayang luka itu tetap saja enggan
Luka itu tak di kakiknya, bukan
Luka itu ada, selalu ada dalam ingatan
Sore ini
Esok
Lusa
Selamanya
Luka itu lukaku
Luka itu bodohku
Luka itu ketakwarasanku
Luka itu semenjijikkan sikapku
Pada yang tidur
Dengan luka menganga
Di kaki kanannya
Sore ini
(Sore gerimis. Surakarta, 6 Januari 2012)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya