Senin, April 27, 2009

Untuk A di Jogja



Mungkin aku yang tak mampu melupakanmu atau memang aku tak mau melupakanmu....
Rasanya kau seperti bayang-bayangku sendiri yang selalu mengikutiku....
Aku ingin kau hilang, tapi tak bisa....
Kau tetap ada dalam pikiranku....

Bagiku terlalu mudah mengingatmu, tapi terlalu sulit melupakanmu....
Kau berbeda....
Aku tak bisa ungkapkan....
Karena aku tak menemukan kalimat yang tepat untuk itu semua...

A....yang kuhormati....
Aku merindukanmu....
selalu....

Aku menunggumu pulang....
Pulanglah secepatnya....
Waktu semakin habis....
Hidupku hampir selesai....

A.....yang kubanggakan....
Dengarkan aku sebentar saja....
Lalu kau boleh pergi....
Selamanya....

A....yang kukagumi....
Mungkinkah aku benar-benar telah jatuh cinta padamu ?

A.....
Semua ini terlalu rumit....
Entah....
Kapan kau bisa mengerti ?
Baca Selengkapnya... → Untuk A di Jogja

Rabu, April 22, 2009

Soal Perempuan

“Saya tahu jalan yang hendak saya tempuh itu sukar, penuh duri, onak, lubang: jalan itu berbatu-batu, berjendal-jendal, licin….belum dirintis ! Dan walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun saya sudah akan patah di tengah jalan, saya akan mati bahagia. Sebab jalan itu sudah terbuka dan saya turut membantu meneratas jalan yang menuju ke kebebasan dan kemerdekaan perempuan Bumiputera”

( Surat Kartini )


Kartini telah menjadi simbol sebuah perjuangan dan perlawanan terhadap sejarah yang tidak berpihak kepada kaum perempuan. Ia adalah seorang pelopor perlawanan terhadap ketimpangan nilai yang menjadi penghalang kemajuan kaum perempuan. Sejarah mencatat bahwa di zaman apapun, dalam tingkat peradaban apapun dan dimanapun, derajat kaum perempuan selalu dianggap lebih rendah dibanding kaum laki-laki. Yang mengherankan adalah diskriminasi tehadap kaum perempuan selalu terjadi hampir disetiap zaman, meskipun sejarah jelas-jelas telah
membuktikan bahwa menempatkan perempuan di tempat yang tidak semestinya adalah sebuah kesalahan.

Lintasan gerak sejarah menorehkan jejak bahwa kebudayaan Yunani runtuh karena dalam kebudayaan Yunani perempuan tidak ditempatkan di tempat yang semestinya, Nazi Jerman juga runtuh karena perempuan juga direndahkan martabatnya. Bahkan semenjak kultur masyarkat Islam ( bukan agama Islam) kurang menempatkan kaum perempuan ditempat yang seharusnya, maka perlahan-lahan matahari kebudayaan Islam terbenam dan menjadi suram.

Sudah semestinya masalah perempuan ini tidak hanya menjadi pemikiran perempuan itu sendiri, karena masalah ini sebenarnya merupakan masalah ketimpangan segugusan nilai, dan tentu saja nilai-nilai tersebut bisa bercokol di kepala siapa saja, menjangkiti siapa saja, tak peduli apakah ia laki-laki atau perempuan.

Seperti sebuah siklus yang selalu berulang terjadi, maka di setiap zaman juga akan muncul perlawanan terhadap ketidakadilan, diskriminasi atau usaha-usaha lain yang jelas merendahkan derajat kaum perempuan, dan Kartini yang hidup dalam kungkungan feodalisme Jawa tentu merasakan betapa kaumnya tidak dipandang setara bahkan dianggap lebih rendah daripada kaum laki-laki, Kartini tentu mengerti bahwa dalam budaya Jawa kaum perempuan memang dianggap seperti makhluk yang lemah, tolol, hina dan hanya pantas menjadi pelayan laki-laki, hal ini salah satunya dapat kita lihat dalam karya-karya sastra Jawa lama seperti Serat Centhini, Kitab Clokantara dan Serat Panitisastra betapa kaum perempuan sangat disudutkan dalam budaya Jawa.

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa Kartini adalah pelopor perlawanan terhadap sejarah (pada zamannya) dengan segala keterbatasan mencoba untuk memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya yang sekian lama diinjak-injak, meskipun perjuangan itu mungkin tidak dapat dituntaskan oleh Kartini, tetapi setidaknya sebuah jalan telah dirintis, sebuah jalan yang mungkin sudah dilalui oleh seseorang yang mempunyai semangat juang serupa di lain tempat dan masa, jalan itu telah diberi patok-patok oleh Kartini, dan tentunya kita takkan melupakan usaha pematokan itu. Seperti yang dikatakan Maxim Gorky : “ The People Must Know Their History “

Baca Selengkapnya... → Soal Perempuan

Minggu, April 12, 2009

Estetika Plato

PLATO
(427-347 BC)


  • Sumber keindahan adalah cinta kasih, cinta yang dimaksud di sini adalah cinta yang diperoleh dengan mengosongkan diri.
  • Menurut Plato keindahan hendaknya didahului dengan cinta, cinta di sini adalah pengosongan diri sehingga subjek benar-benar dapat mencintai benda yang indah.
  • Timbulnya rasa cinta pada keindahan adalah akibat pendidikan. Proses tertanamnya rasa cinta pada keindahan itu dapat diuraikan sebagai berikut : · Pada awalnya orang dididik untuk mencintai keindahan nyata yang tunggal, misalnya keindahan tubuh seorang manusia. · Kemudian, dia dididik untuk mencintai tubuh yang lain, sehingga tertanam hakikat keindahan tubuh manusia. · Keindahan tubuh yang bersifat rohaniah itu lebih luhur daripada keindahan tubuh yang sifatnya jasmaniah. · Keindahan rohaniah dapat menuntun manusia mencintai segala yang bersifat rohani pula, misalnya ilmu pengetahuan. · Akhirnya, manusia harus dapat menangkap ide keindahan itu sendiri tanpa kaitan yang bersifat jasmani.
  • Ada 4 macam keindahan : 1. Keindahan jasmani 2. Keindahan moral 3. Keindahan akal 4. Keindahan mutlak
  • Semua keindahan di dunia ini merupakan imitasi, peneladanan, pembayangan, peniruan yang disebut “ Mimesis ”. Mimesis bukan peniruan biasa, tetapi sebuah daya representasi yang timbul sebagai akibat kesempurnaan karya sehingga timbulah kegairahan. Menurut Plato, karya seni hanya dapat meniru kenyataan, dengan konsekuensi logis karya seni berada di bawah kenyataan. Tapi karya seni yang sungguh-sungguh selalu berusaha untuk mengatasi kenyataan.
Baca Selengkapnya... → Estetika Plato

Seni Dalam Konteks Politik

“Politik yang sesungguhnya tak terpisahkan dari kehidupan dan sebaliknya. Mereka yang menganggap dirinya tak berpolitik tidak lain karena telah berpadu dengan politik yang berlaku, maka tidak merasa lagi, dianggap sudah sewajarnya. Terutama di masa sejarah, hampir semua karya sastra adalah berpolitik tentu saja orang perlu membukakan pengertiannya dan menerima kenyataan, bahwa politik bukan kepartaian, tetapi segala sesuatu yang berhubuangan dengan kekuasaan. Selama orang hidup didalam masyarakat, selama itu dia ikut serta dalam politik dalam sastra jawa Mahabharata, Ramayana, Arjuna Wiwaha, Bharatayuda, Lubdaka,dan seterusnya sampai pun pada negara kertagama, bukankah itu mengagungkan kekuasaan yang berlaku pada masanya, maka juga berarti karya politik sekaligus karya sastra”

Kutipan dari Novel Nyanyi Sunyi Seorang Bisu karya Pramoedya Ananta Toer di atas menyiratkan betapa politik dan kesenian memang sulit dipisahkan. Seni sebagaimana politik, adalah bagian dari masyarakat yang saling mewarnai satu sama lain, saling mengangkat, tapi kadang juga saling menjatuhkan.

Politik sendiri adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

Berdasarkan teori pragmatik, seni dapat dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan kepentingan dan tujuan tertentu kepada publik penikmatnya. Jenis karya seni dalam konteks ini memiliki kegunaan praktis, dalam arti langsung dirasakan manfaatnya. Salah satu tujuan yang menjadi muatan itu adalah tujuan yang bersifat politis. Sebagai contoh musik dangdut, ketoprak, ludruk, dan sebagainya ditampilkan untuk membawa misi atau tujuan tertentu, misalnya propaganda calon pimpinan partai, bupati, gubernur, presiden, dan sebagainya. Atau pertunjukan teater, karikatur, atau karya satra yang mengangkat masalah-masalah politik sebagai temanya. Tentu hal ini sah-sah saja mengingat seni dapat dipandang sebagai suatu alat untuk menyampaikan hal- hal yang diinginkan penyajinya, bahkan kadang-kadang unsur politik itu sendiri dapat menjadi warna tersendiri yang menjadi ciri khas sebuah karya seni yang diciptakan (setidaknya dalam suatu era tertentu) seperti dalam novel-novel Pramoedya, puisi-puisi Chairil, lukisan-lukisan Sudjojono atau Affandi misalnya.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah seni yang di tampilkan akan mendapat respon estetik dari publik sebagai pemberi nilai pada sebuah karya seni di tengah muatan-muatan bersifat politis yang menyertainya ?

Mungkin akan sulit terjawab karena semua itu ada pada nilai yang diberikan oleh masyarakat sebagai apresiator, tapi dalam sejarah semua itu seolah melebur dan seni tetaplah sebagai seni terlepas bahwa seni dalam kenyataannya sering mendapat muatan politik. Seni akan tetap indah dan bernilai ditengah muatan-muatan yang menyertainya sepanjang seni tidak keluar dari pakem-pakemnya. Justru disinilah tantangan bagi seorang pencipta karya seni untuk dapat mengolah sebuah muatan (politik) sebagai sumber kekayaan estetis yang dikandungnya.

Baca Selengkapnya... → Seni Dalam Konteks Politik

Pendidikan Seni

Disaat zaman mulai bergeser yang tentu saja diikuti oleh pergeseran kebudayaan, kadang ada sedikit kegelisahan yang muncul jika kita mencoba berpikir mendalam dan refleksif. Akan banyak kita temui ketidakseimbangan dalam kehidupan saat ini, dimana kebanyakan orang berpikir serba praktis dan mengesampingkan nilai-nilai yang sebenarnya merupakan patokan atau tolak ukur sebuah kebenaran.

Ketidakseimbangan ini juga terjadi dalam bidang pendidikan, yang mana pada masa sekarang ini pendidikan cenderung mengarah pada pendidikan intelektual saja, tanpa adanya keseimbangan dengan pendidikan estetis. Disadari atau tidak, ketidakseimbangan ini sebenarnya sama dengan mereduksi kemampuan intuisi manusia yang sebenarnya harus seimbang dengan kemampuan logisnya, yang keduanya telah menjadi kodrat manusia. Ketidakseimbangan ini harus cepat kita sadari dan kita atasi demi tercapainya tujuan pendidikan yang hakiki yaitu menjadi manusia seutuhnya.

Seni sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia memang selalu berkembang diberbagai aspek yang melingkupinya, baik aspek-aspek di dalam seni itu sendiri maupun dalam pendidikan seni yang merupakan upaya sadar untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi. Dan sekolah sebagai pusat transformasi nilai-nilai tentunya berperan besar dalam mengemban amanat pendidikan yang merupakan upaya utama dalam membentuk generasi yang akan datang, yang diharapkan akan menjadi generasi yang unggul dan membawa perubahan positif di segala bidang.

Dalam perkembangannya senipun akhirnya bukan lagi sekedar sebuah kemampuan yang diajarkan turun temurun, tapi seni adalah sebuah alat untuk menyampaikan ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah-sekolah. Karena seni dapat memberi sebuah pengalaman rasa kepada peserta didik, dan pengalaman itulah yang akan merangsang kemampuan berpikirnya. Seni adalah sebuah disiplin yang unik karena dapat menyentuh ranah kognitif, afektif sekaligus psikomotor dalam diri peserta didik, dan hal ini tidak dapat kita temui dalam disiplin ilmu-ilmu lain yang diajarkan.

Oleh karena itu, harus kita sadari dan kita bentuk sebuah konsep pendidikan seni yang akan mendukung kemampuan berkesenian sekaligus kemampuan siswa dalam menangkap keseluruhan ilmu-ilmu yang diajarkan. Dan perumusan konsep pendidkan seni selayaknya memandang seni dengan cara sebagai berikut :

1. Seni sebagai dasar pengalaman, yaitu penanaman nilai-nilai yang bersifat universal, dan kekal, sehingga akan terus menjadi salah satu sumber dalam pencarian kebenaran sepanjang hayat.

2. Seni sebagai sebuah lahan penciptaan, yaitu sebagai tempat menggali potensi dan eksplorasi kemampuan-kemampuan yang didapat dari pengalaman-pengalaman lain sehingga seni itu sendiri dapat menjadi kaya akan nilai dan menjadi lebih dinamis.

3. Seni sebagai media aktualisasi diri, yaitu tempat bagi setiap peserta didik bereksistensi, selanjutnya dapat memandang dirinya dengan refleksi dari hasil-hasil yang telah dicapainya.

Dengan cara pandang seperti tersebut diatas, maka segeralah kita sadari bahwa pendidikan seni merupakan sebuah fondasi yang sangat penting bagi bangunan pendidikan, sehingga seni dapat menopang segala beban perubahan dan pergeseran yang tidak dapat dihindarkan dari berjalannya sebuah era. Pendidikan seni akan terus menyesuaikan diri dengan perubahan sekaligus mewarnainya.

Baca Selengkapnya... → Pendidikan Seni

Hujan


Hujan....
Adakah kebekuan ?

Hujan....
Adakah kesepian ?

Ditengah deraimu aku termenung....
Memandang tetes airmu yang bercampur air mataku sendiri....

Makin lama....
Makin tak dapat kubedakan....

Hujan....
Adakah kau mengerti ?

Hujan....
Adakah kau peduli ?
Baca Selengkapnya... → Hujan

Jumat, April 10, 2009

BOCAH OBSESIF TAK TAHU DIRI


Gua mau curhat nih….yah….lu semua mungkin gak bakal terlalu peduli….karena lu pasti lagi banyak masalah juga….ehm…gua males kuliah nih….masih gua cari-cari sebabnya….ada banyak kemungkinan….bisa aja gua terganggu karena masalah ekonomi ato cewek ato kesehatan ato emang gara-gara gua ini bego mutlak dan masih banyak ato-ato yang lain...…gak ngerti pokoknya…tapi lama-lama gua mulai punya jawaban lain atas semua ini….

Lu pasti pernah kecil kan ?? ato jangan-jangan lu sekarang juga masih kecil ?? ha3x…bercanda….nah…pas lu kecil lu pasti punya cita-cita kan ?? ya setidaknya kalo lu ditanya ortu lu ato guru TK lu “ NANTI KALAU SUDAH BESAR ADEK MAU JADI APA ? “ setidaknya dulu lu punya jawaban buat pertanyaan itu kan ? setahu gua sih yang paling laris dijadiin cita-cita itu ya DOKTER !! anak kecil aja udah tau kalo kita ini emang butuh banyak dokter, karena emang masyarakat kita doyan sakit, tapi anak kecil kagak tau kalo mau jadi dokter itu biaya kuliahnya mahal !! yang kedua adalah PRESIDEN !! nah kalo yang ini gak tau deh apa sebabnya, mungkin anak kecil gak ngerti kalo jadi presiden itu repotnya minta ampun…tekanan batin…..gini salah, gitu salah….eh tapi gini salah gitu salah itu kok kayak anak kecil ya ?? kita dulu pas masih kecil kan salah mlulu…jadi mungkin anak kecil juga udah ngerti kalo jadi presiden itu gampang aja, cukup ngrasa kayak anak kecil aja.Hehehe….terserah lu deh mau jadi apa…

Nah…itu cuma contoh cita-cita yang sempat diucapin dimasa kecil….tapi lu tau kan kalo cita-cita itu gak mesti diucapin….kadangkala cita-cita itu tercermin dari sikap kita yang obsesif pada sesuatu….nah ini yang mau gua certain ke lu semua…

Gua dulu gak pernah bisa jawab kalo ditanya cita-cita…bingung….tapi setelah gua ingat-ingat sejak kecil gua ternyata udah punya obsesi….yaitu : JADI ORANG SAKTI !! pokoknya dalam pikiran gua waktu itu kalo udah sakti itu bisa ngapain aja…lari secepat angin, jalan di atas air, terbang, ngalahin musuh pas berantem (nah, yang ini penting, mungkin karena dulu gua kalah mlulu kalo berantem, badan gua mungil sih…jadi menurut gua solusinya cuma satu…..HARUS SAKTI !!) aduh…gua dari kecil emang udah rada error….

Nah yang namanya obsesi itu kan kudu dikejar…gua juga begitu…hhmmm awalnya gua nyari cara gimana biar dapet ilmu-ilmu yang bisa bikin gua sakti…gua pikir-pikir…..lama….

KETEMU !! gua harus nyari buku !! nah kebetulan tetangga gua ada yang jualan buku keliling….n suatu kali gua pernah liat buku yang dia jual…buku silat !! jitu juga kan pilihan gua?? nah suatu pagi gua udah mogok masuk sekolah gara-gara minta dibeliin buku itu….udah beberapa hari gua minta tapi gak dibeliin….karena ortuku mikir itu gak penting !! tapi gua ngotot n ngancam gak mau masuk sekolah kalo gak di beliin….akhirnya gua dikasih duit buat ngebeli tuh buku, gua masih ingat harganya 750 perak….ha3x….gua belinya pagi-pagi sebelum berangkat sekolah. Mulai saat itu buku itu jadi sahabat setia gua, buku warna ijo yang disampulnya bergambar orang lagi nendang itu gua bawa kemana-mana sampai lecek….lumayan….paling tidak dengan ngebawa buku itu kemana-mana temen gua yang ngliat jadi ngeri duluan sama gua Hehehe…..

Tapi lu tau gak ? gua kesulitan ngapalin jurus-jurusnya…..pusing !!!! akhirnya gagal deh jadi pendekar….mau jurus kayak apa tetep juga tenaga gua letoy….gua harus nyari cara lain….akhirnya gua nyari buku lain…yang masih berhubungan sama obsesi gua….

KETEMU !!!! gua dapet buku ILMU KADIGDAYAAN, yang nulis Ki Wongso Panji Indrajit, wah gua semangat abis…..gua baca dengan seksama tuh buku…isinya tentang melatih pernafasan n konsentrasi….gak banyak cingcong langsung mulai gua praktekin deh semua petunjuk di buku itu….hhmmm pertama : KONSENTRASI….waduh…gua kira gampang ngosongin pikiran…ternyata susah !!!! karena gua ternyata gak bisa ngilangin pikiran gua kalo gua ini pengen jadi orang sakti !!!! gua gak bisa konsentrasi….sialan !! terus gua baca lagi bab yang rada belakang, ada petunjuk yang nerangin kalo harus nglatih konsentrasi di sungai tengah malem gitu….waduh…ngeri….lemes deh gua…ilmu yang satu ini terlalu berat buat gua….akhirnya gua putusin buat nyari yang instant aja……

KETEMU !!!!! ah jalan gua selalu dimudahkan sama Tuhan…..gua nemu buku PRIMBON JAPA MANTERA…..warnanya item….wah gua pikir ini cara yang paling tepat…praktis….gua buru-buru baca mantera-mantera yang tertulis dalam buku…tapi gua lemes lagi karena di bawah mantera-mantera itu ada syarat-syarat yang harus dilakuin…yang paling umum itu ya puasa…rata-rata 3 hari trus dilanjutin pati geni (memadamkan hawa nafsu) sehari semalam….wah berat….tapi gua masih belum mau berhenti….gua buka-buka tuh buku….tujuan gua : nyari mantera yang syaratnya ringan….yang gak usah pake acara puasa-puasa segala ( lha pas itu gua kan masih kecil, puasa Ramadhan aja masih setengah hari…harap maklum. Hehehe…)

KETEMU !!!!! ternyata ada juga beberapa mantera yang gak pake syarat berat…cukup dibaca aja saat diperlukan, siiiiiiplah....!!gua udah hampir jadi orang sakti !! tapi lagi-lagi gua harus kecewa…mantera-mantera yang bersyarat mudah itu ternyata mantera-mantera “tidak bermutu” yang digunain buat menarik lawan jenis, trus buat bikin musuh kita takut….gua kagak suka, pas itu gua gak butuh menarik lawan jenis…trus gua gak pengen musuh gua jadi takut duluan sama gua…gak jadi berantem donk !! yang gua mau itu gua bisa ngalahin musuh gua pas berantem…lu ngerti kan maksud gua ???

Ah…..gua gagal jadi orang sakti…..nah…bokap gua tuh tau juga akhirnya kalo gua senewen pengen jadi orang sakti….bokap bilang sama gua “ orang sakti itu bukan orang yang bisa ngalahin orang lain, tapi orang sakti itu orang yang tidak pernah menyebabkan orang lain ingin menyakitinya, karena kebaikan hatinya pada semua orang “ udah deh…sejak saat itu gua insyaf…gua behenti bermimpi jadi “orang sakti” hehehe……

Nah……jangan-jangan sebenarnya cita-cita gua adalah jadi orang sakti….makanya sekarang gua males ngapa-ngapain itu mungkin karena yang gua lakuin sekarang ini bukan dalam rangka mengejar cita-cita gua….karena cita-cita gua udah kandas sejak lama…..ah entahlah….gua juga terpaksa critain hal ini ke lu semua…biar lu nyadar n lu kagak sembarangan bercita-cita….ntar lu bisa pusing kayak gua…..



Baca Selengkapnya... → BOCAH OBSESIF TAK TAHU DIRI

KETIKA MUSIM GLAGAH TIBA (1)



Kulihat lagi bunga tebu melambai-lambai….ah....waktu berjalan demikian cepat..aku hampir tak percaya bahwa ini adalah musim glagah yang kesekian kalinya….

Aku ingat orang-orang yang hanya ada dalam pikiranku, jika kulihat bunga-bunga tebu itu, aku selalu ingat pada Beno, Kang Dasuki, Kak Ina, Bapak, Ibu….

Aku rindu pada dunia yang hilang, pada cerita-cerita yang terkubur jauh dalam ingatan….

Beno….apakah kau masih bermimpi melanjutkan sekolahmu ke kota ?
Apakah kau masih bermain dengan baling-baling glagahmu ? Ben….maafkan aku, siang itu aku benar-benar tak sengaja merusak menara glagahmu yang kau buat dengan susah payah….tapi aku yakin kau sudah mendapatkan menara yang baru di samping sumur, maafkan aku, itu menara yang aku buat untuk mengganti menara glagahmu yang terinjak olehku, memang tidak sebagus buatanmu, tapi aku yakin kau mau memaafkanku….

Kang Dasuki….maafkan aku, selama ini aku telah salah menilaimu, aku selalu menganggapmu orang jahat yang tak berperasaan…tapi sejak peristiwa panen tebu dulu, saat kau berikan semua upahmu untuk membantuku membeli sepeda, aku terpukul oleh penyesalanku. Kang, di mana kau sekarang? Aku rindu suara adzanmu….aku ingin ikut denganmu lagi, menyusuri sungai kecil yang gelap tertutup rumpun bambu yang tiada habisnya….

Kak ina….buang jauh-jauh wajah murungmu….aku tak ingin melihatmu bersedih lagi, aku mengerti perasaanmu, aku dengar semua tangisanmu, Kak….aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sangat menyayangimu….

Bapak….jangan pernah marah lagi….maafkan aku Pak, aku jarang mendengar nasihatmu….

Ibu…..tiap malam aku selalu memikirkanmu, walau aku tak pernah melihat wajahmu….aku sangat ingin merasakan belaianmu….walau tak mungkin…tapi aku yakin kau akan tetap membelaiku nanti…..karena hanya engkaulah ibuku….takkan pernah bisa kudapatkan lagi penggantimu….


Ah....musim glagah kali ini sepertinya memutarbalikkan waktuku jauh ke belakang.....

Baca Selengkapnya... → KETIKA MUSIM GLAGAH TIBA (1)

Pengakuan



Ya Tuhanku, tak layak bagiku menghuni surga firdausmu...
Namun aku tak kuat bila menempati neraka jahim...
Maafkanlah semua kesalahanku...
Dan ampunilah semua dosaku...
Karena hanya Engkaulah yang mengampuni dosa-dosa besar...
Baca Selengkapnya... → Pengakuan

Kamis, April 09, 2009

Foto-foto yang menyesatkan

Gua kagak ngerti pokoknya kenapa gua gelisah mlulu ni sejak beberapa bulan lalu....‎

lu semua ngerti kan kalo beberapa bulan terakhir ni mata lu dipaksa buat ngeliatin ‎gambar-gambar caleg yang di mana-mana bisa lu liat....di perempatan....di pinggir ‎jalan...di pohon-pohon....

Ah....lu pasti ngerti...lu kan gak buta....‎

Nah gua tuh heran aja dengan kecenderungan caleg-caleg sekarang yang nampilin foto ‎tokoh-tokoh besar baik tokoh masa lalu maupun tokoh yang sekarang masih ‎berkuasa.....apa maksudnya ?? gua sendiri juga kagak ngerti.....gua bego sih....tapi buat ‎gua itu menarik kalo gua kait-kaitkan sama masalah karakter....‎

Lu ngerti kan sekarang caleg-caleg yang mencalonkan diri bejibun banyaknya, dengan ‎berbagai latar belakang yang gua sendiri juga kagak ngerti....kenal juga kagak.....‎

nah....gua yakin foto-foto tokoh dibelakang foto si caleg itu adalah sebuah permainan ‎tanda....gua kagak ngerti semiotika...kagak paham !! Tapi gua punya pandangan bahwa si ‎caleg berusaha
“ meminjam ” karakter dari tokoh-tokoh besar yang dipampang ‎gambarnya itu….‎

‎Sebenernya ini udah lama dipake…dari pengamatan gua yang dari dulu pake acara ‎masang gambar tokoh besar sebagai background itu ya….si politikus wanita…anaknya ‎Founding Father negeri ini….tau kan ?‎

Gua sih kagak mau ribut-ribut soal ini….terserah dia….mau pasang background apaan…. ‎Yang gua takutin itu ya ntar orang-orang pada ketipu sama permainan ini….dan secara ‎tidak sadar beranggapan bahwa dalam diri si politikus atau caleg yang bejibun itu ada ‎karakter seperti karakter si tokoh besar...nah…dari sini kan muncul “kenapa?”‎

Bisa macem-macem kemungkinannya….bisa aja tuh polilikus kagak PD sama dirinya ‎sendiri, ato dia emang kagak punya karakter kuat, jadi perlu pinjem karakter orang ‎laen….ato dia emang pemuja tokoh yang dia pake gambarnya buat background fotonya ‎itu….ato yah…biar rame aja gambarnya…gua kagak ngerti….. ‎

Ya mungkin lu pikir gua suka su’udzon sama orang…..karena kenapa ?? kan bisa aja maksud ‎dari ditampilinnya foto tokoh-tokoh besar itu cuma buat ngasih tau lu semua kalo si ‎politikus itu mau nerusin perjuangan ato cita-cita si tokoh….kan gak papa….nah lo….gua ‎emang berprasangka buruk sama orang kayaknya……takut dosa gua…..udah ah gua juga ‎gak peduli-peduli amat……gatel aja pengen nulis…..‎







Baca Selengkapnya... → Foto-foto yang menyesatkan

LAMPU-LAMPU PERBUKITAN

Aku berjalan disuatu petang…..‎
Petang yang ganjil bagaikan mimpi….‎
Petang di perbukitan yang menghitam….‎
Di bawah cahaya kemerahan yang perlahan menghilang….‎

Entah….aku seolah terbang…..‎
Melayang bersama angin perbukitan yang beku….‎
Aku terhanyut….‎
Hilang tertutup kabut….‎

Sampai akhirnya kurasakan….‎
Gemerlap ribuan cahaya menusuk mataku….‎
Aku terkesiap….‎
Dihadapanku terhampar lautan berlian….‎

Mulutku ternganga….‎
Aku hilang….‎
Tertelan cahaya berlian….‎
Aku hampir binasa....

Kucoba keluar dari belenggu ini….‎
Dari mimpi-mimpi ini…. ‎
Tapi sia-sia….‎
Karena aku tidak sedang bermimpi….‎

Cahaya itu nyata….‎
Cahaya itu memang ada….‎
Aku berteriak lepas….‎
Diantara lampu-lampu perbukitan…..‎















Baca Selengkapnya... → LAMPU-LAMPU PERBUKITAN