Oleh: Fariha Ilyas
Tak akan lagi kusaksikan fajar seindah tadi
Tak akan lagi kutemukan komposisi serupa
Di alam yang selalu berubah dalam setiap milisekon
Bahkan lebih rapat dari itu
Tapi aku masih berharap melihatmu lagi
Dengan senyuman sama
Dengan pelukan dan ciuman yang sama
Membalutku rapat, sampai aku tak nampak lagi
Sambil saling mendekap
Kita selalu ingat saat-saat kita saling memunggungi
Menjauh, meninggalkan, dan mencoba melupakan
Kita selalu saja ingat saat-saat itu
Pagi ini, kupeluk kau di hadapan fajar
Kucium mesra bibirmu dalam komposisi pagi yang rumit
Aku melihatmu menitikkan airmata
Yang tak kupahami apa artinya
Sayangku, pagi adalah saat untuk menawarkan pada diriku sendiri
Untuk tetap membawamu dalam ingatan, atau meninggalkannya
Saat kutanya diriku sendiri: “Apakah kau mau mengingatnya?”
Jawab diriku: “Ya”
(Pagi. Surakarta, 20 Desember 2011)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya