Selasa, Agustus 24, 2010

Angka-angka Kalender

Oleh: Fariha Ilyas


Tahun-tahun lewat saja, berganti-ganti. Angka-angka kalender di atas meja layaknya tanda tanya sekaligus jawaban-jawaban untuk dirinya sendiri. ” Ada saat-saat di mana kau merasa kehilangan kepalamu sendiri”, begitu yang tertulis pada sebuah biografi yang pernah kubaca. Pergulatan, itu kata kuncinya.


Nasib seolah membawa kita ke arah yang hampir tak pernah terpikir oleh seseorang, walau angka-angka kalender rasanya seperti telah menjalin kontrak dengan masa depan. Lebih tepatnya janji-janji masa depan yang nampak pasti. Ya, masa depan itu pasti datang, katanya. Kapan? Tak ada yang punya hak untuk menjawab. Namun setiap orang berhak untuk terus bertanya-tanya tentang masa depan itu. Bagaimana jika masa kini ternyata begitu cepat, hanya sekejap saja dapat terkecap oleh kesadaran, dan sedetik kemudian segala waktu langsung menjelma menjadi masa lalu.


Di mana hidup sesorang? Masa kini, itulah yang sering dikatakan orang, tak ada masa lalu, tak ada masa depan. Lalu apa yang ada di dalam pikiran para visioner? Apakah benar seorang visioner menempatkan daya kreatifnya di waktu yang akan datang? Sehingga pada akhirnya seorang visioner mampu meramal zaman? Dari mana zaman dapat diramal tanpa bayang-bayang?. Sulit sekali membayangkan masa depan itu tanpa ada pengetahuan yang memadai tentang masa lalu. “ Carilah masa lalu, maka akan kau dapatkan masa depan!”. Itu yang pernah kudengar dari seseorang. Masa lalu siapa? Untuk masa depan siapa?


Titik-titik waktu adalah misteri terbesar untuk sebagian orang. Ada yang hanyut dalam nostalgia-nostalgia masa lalu dan abai pada masa kininya, ada pula yang abai kepada masa kini karena terpaku pada masa depan yang samar-samar. Ada yang menyandarkan dirinya pada keyakinan akan masa depan itu, ada pula yang bergelayut pada keragu-raguan.


Angka-angka kalender masih terasa mengintimidasi. Saatnya mulai berpikir dengan kepala sendiri, menemukan kepala yang hilang. Tapi kadangkala memang terasa penting untuk berpikir dengan kepala orang lain. Setidaknya untuk melepas belenggu pikiran sendiri yang kadangkala mampu membunuh benih-benih harapan yang dimiliki seseorang, namun tak pernah disadari.


“Memang benar: zaman akan menjadi hakim. Zaman akan menentukan siapa yang benar dan siapa salah. Tiap-tiap perjuangan yang besar-besar di sejarah manusia yang telah beribu-ribu tahun itu-zamanlah yang kemudian menghakiminya”.(Bung Karno)


Angka-angka kalender masih saja kukuh pada janji-janjinya. Mengundang harap, sekaligus resah.


(Malam biasa, 23 Agustus 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya