Minggu, Agustus 22, 2010

Gemerisik Dedaunan (3)




Untuk Belahan Jiwaku

Saat keraguan ini menguasai pikiranku, aku ingin ungkapkan sesuatu yang selama ini tak pernah kuungkapkan kepadamu, belahan jiwaku. Siapakah belahan jiwaku? Aku tak tahu. Mungkin sampai sekarang aku samasekali belum bertemu dengannya. Tapi mungkin juga aku telah mengenalnya.

Jika sekarang aku belum bertemu denganmu, entah apa yang hendak kukatakan nanti jika aku bertemu denganmu. Apakah akan kuceritakan kepadamu semua yang telah kulakukan dalam kehidupanku sekarang ini. Jika kini kau berada di tempat yang jauh dariku, jika kini kau belum mengenalmu. Aku tak ingin menemui dan mengenalmu. Maaf jika aku menghianatimu dan tak sabar menanti saat-saat kita dipertemukan.

Jika aku telah mengenalmu, jika kau kini ada di dekatku, apa lagi yang hendak kukatakan kepadamu? Sedang kau sendiri tahu apa yang kulakuan dalam kehidupanku saat ini. Maafkan aku karena mengacuhkanmu atau aku berbuat sesuatu yang tak kau sukai.

Jika aku belum mengenalmu, entah, apa yang kau lakukan kini. Entah dimana kau sekarang berada. Dan apakah kau juga sedang menghianatiku? Atau kau benar-benar menjaga hatimu untukku. Aku tak tahu. Tapi aku sangat percaya padamu. Untuk itulah aku mulai bimbang. Apakah aku harus menunggu pertemuan itu? Aku ingin batalkan semua janji-janji kita, janji yang kita ucapkan berdua dihadapan penguasa seluruh janji. Aku telah ingkar pada janjiku padamu.

Jika aku telah mengenalmu, maafkan aku karena bisa saja aku justru tidak mencintaimu. Aku juga telah mengingkari janjiku padamu, janji yang kuucapkan di hadapan penguasa seluruh janji. Maafkan jika aku tidak mencintaimu, belahan jiwaku.

Jika aku belum mengenalmu, dan jika nanti aku mengenalmu, maafkan aku. Aku sebenarnya tak ingin bertemu dan mengenalmu. Namun jika penguasa segala janji ingin aku memenuhi janjiku padamu, maka aku tak mampu berbuat apapun untuk menghindarimu. Maafkan aku yang datang padamu dengan sejuta penghianatan.

Jika aku telah mengenalmu, maaf jika aku tak mengacuhkanmu. Aku samasekali tak merasakan sesuatu yang istimewa terhadapmu. Maaf jika aku hanya sepintas lalu menatapmu. Aku tak pernah berusaha mendekatimu dan tak terbersit sedikit pun keinginan untuk mencintaimu. Karena pada dasarnya aku memang tak tahu dengan siapa aku telah berjanji di hadapan penguasa segala janji.

Aku tak mengerti hidup ini.Entahlah...

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya