Oleh: Fariha Ilyas
“Kulihat orang-orang terkuat dan terpandai. Kulihat semua potensi ini, dan kulihat itu disia-siakan. Seluruh generasi ini memompa gas, menunggu meja, atau jadi budak berdasi. Iklan membuat kita mengejar mobil dan pakaian, mengerjakan pekerjaan yang kita benci agar kita bisa membeli barang-barang yang tidak kita butuhkan. Kita adalah anak-anak sejarah, tanpa tujuan atau tempat. Tak ada perang besar, tak ada depresi besar. Perang besar kita adalah perang spiritual. Depresi besar kita adalah hidup kita sendiri. Kita dibesarkan untuk percaya bahwa suatu hari kita akan jadi jutawan atau rockstar, tapi sebenarnya tidak. Dan kita mempelajari fakta itu dan kita menjadi sangat marah” (Tyler Durden)
Pernyataan bernada apokaliptik di atas tentu akan menyeret kita ke batas-batas pikiran kita hingga mau tidak mau kita dituntut untuk berpikir kritis, tidak hanya pada hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitar kita, tetapi justru pada hal-hal yang telah lama berkecamuk dalam pikiran kita. Yang telah lama mengendap dan kita rasakan sebagai bagian dari pikiran kita sendiri. Kita patut kelisah, karena kegelisahan adalah awal dari proses perubahan yang dimuati oleh kesadaran.
Saat manusia mulai merasa terjebak dalam labirin kehidupan yang tak jelas ujungnya, maka manusia akan selalu mempertanyakan hal-hal yang telah dan akan dilakukan. Proses kesadaran yang mengakibatkan kegelisahan ini terus berlanjut pada proses pencarian kebenaran yang kemudian menjadi masalah terbesar yang kita temui. Betapa sulit mencari kebenaran, bukan karena kebenaran itu telah punah, melainkan pikiran kita tidak mempunyai ukuran tentang “kebenaran”. Yang kita tahu adalah bahwa yang benar itu adalah yang sesuai dengan kepentingan kita. Dan saat kita sadar bahwa kepentingan-kepentingan kita ternyata tanpa tujuan yang jelas, saat itulah kebenaran -yang telah lama menopang kehidupan dan keyakinan kita- meregang nyawa.
Lalu dimanakah kebenaran itu sekarang? Masihkah ia ada? dan bagaimana kita tahu bahwa itu adalah kebenaran??
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya