Oleh: Fariha Ilyas
Cinta dan Kebaikan
Untuk Sekar, Laras, Kembara, dan kawanku yang sedang dalam pencarian.
Pernah kudengar bahwa kalian juga sedang mengalami berbagai gejolak yang sangat manusiawi, gejolak cinta. Surat ini kutulis sebagai cerita tentang apa yang sempat kualami dulu.
Kawan, kita tak pernah tahu dengan pasti apa yang selalu menggerakkan hati dan pikiran kita. Kadangkala kita menuding seseorang, kadangkala kita menunjuk suatu peristiwa. Semuanya benar, namun ada satu hal yang ingin kukuatakan, bahwa dalam diri kita ini tersimpan sesuatu yang bukan milik kita, bukan hak kita, sesuatu yang sebenarnya milik orang lain.
Kalian tentu mengerti kepada siapa puisi-puisiku kubacakan, untuk siapa pengalaman-pengalamanku kuceritakan. Hal inilah yang membuatku merenung, karena saat kutanyakan pada diriku saat ini, aku tak lagi punya harapan atau keinginan dari seseorang yang membuatku melakukan semua itu. Tapi anehnya, masih saja hati ini bergerak-gerak untuk selalu memberi sesuatu kepadanya.
Aku berkesimpulan bahwa semua ini terjadi karena benih-benih kebaikan yang ditanam seseorang kepadaku, dan kepada kita semua, yang pada akhirnya benih itu tumbuh dalam diri kita, yang membuat kita sulit melupakannya, betapa kita selalu mempunyai energi yang sukar kita mengerti dari mana datangnya.
Untuk itulah aku tak heran jika ada seorang pengembara yang menghabiskan waktunya dalam pencarian cinta. Memberikan sepenuh hidupnya untuk sekedar menemui pujaan hatinya. Hal itu tak sesederhana yang kita pahami. Pengembara itu tentulah bukan seseorang yang hanya menuruti egonya, melainkan sedang mengembalikan sebuah kehidupan yang telah diberikan oleh seseorang yang selalu ia cari dan rindukan.
Kita hidup bukan sekedar untuk memuaskan dahaga kita akan kebahagiaan, kita hidup juga untuk melengkapi ranah kosong yang ada dalam diri kita, dan dalam diri orang lain. Apa yang mampu kita berikan untuk mengisi kekosongan itu? Sedang kita seringkali mengisi kekosongan ini dengan mencerap hasil dari pemikiran orang lain.
Ranah yang penuh kekosongan itulah Cinta.
(Surakarta. 20 Mei 2011)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya