Selasa, Juni 14, 2011

Malam, Rindu, dan Matahari

Oleh: Fariha Ilyas

Saat malam semakin pekat dan sunyi, itulah saat yang paling tepat untuk meneriakkan segenap rasa rindu kita kepada kekasih.

Malam memberi ruang yang luas untuk kita menari-nari dalam sakitnya rindu yang tak henti menyayat dinding-dinding hati kita yang lunak. Malam sekaligus menyediakan penawar luka-luka itu dengan kecantikannya yang melampaui segala hal yang ditawarkan oleh seniman-seniman pencipta keindahan.

Malam menyajikan rupa yang tak terkatakan dalam puisi-puisi, malam melantunkan musik yang tak bernada, namun mampu menembus jauh sekali dalam lubuk sanubari manusia-manusia yang peka dan halus perasaanya. Malam adalah segalanya.

Aku sulit terlelap saat malam, karena rindu yang tak dapat mendarat ini selalu saja mengganggu, kucoba menjinakkannya dengan menghanyutkan diriku dalam aksara. Sembari teringat kata-kata seorang kawan:

“Mudah saja jika kita ingin menjadi orang yang paling lama mencintai sang kekasih, cukup dengan mengurangi tidur kita, kita akan selalu mampu mengarahkan cinta kita kepada seseorang, walau kadang semuanya percuma”

Malam ini aku masih ingin merindu, masih ingin mencintai.

Indahnya mencintai adalah seperti hangatnya matahari yang rutin, yang tetap saja berlaku sama, walau kadang mendung tebal di pagi hari menghalangi semburatnya, atau manusia yang masih terlelap mengabaikannya.

(Untuk sahabat yang merindu, mencintai. Dinihari, 19 Mei 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya