Selasa, Juni 14, 2011

Saat Kereta Membawamu

Oleh: Fariha Ilyas

Senja hampir binasa, sejenak ia hadir menuntun malam, dan malam akan berlangsung lama, membuai kita dengan gemerlap sesaat, lalu lenyap. Fajar jingga pasti menjelang mengawal pagi, pagi datang mengundang siang, dan siang akan berlangsung lama, menanti kedatangan senja untuk yang kesekian kali. Ah, Senja-senja yang berbeda....namun akan tetap memesona.

Sekar, sore ini indah sekali, matahari bersinar terang, walau sempat tertutup gumpalan awan besar di barat sana. Aku menanti keretamu tiba, kereta yang akan membawamu meninggalkan kota ini untuk sementara. Hari ini aku ingin sekali menatapmu, atau sekedar melihatmu saja. Tak ada keinginan lain selain itu, aku hanya ingin meredakan rinduku.

Kita sama-sama mengerti bagaimana keadaan kita sekarang, bagaimana perasaan kita sekarang. Kita juga selalu terbuka dalam banyak hal. Agak berat memang. Dalam hati aku ingin melepasmu dengan wajar, seperti dulu, dengan senyum dan lambaian tangan, dan perpisahan akan terasa begitu manisnya, karena kita sama-sama tahu bahwa kita akan saling menanti dengan penuh harap. Senyumanmu yang sedikit tertahan saat kau berada di dalam kereta selalu memberiku isyarat bahwa kau bahagia saat itu, sekaligus ada semacam perasaan berat berjauhan denganku, walau kita tahu hanya beberapa hari sesudahnya kita akan bertemu kembali.

Sekarang aku tak ingin membuatmu terlalu rindu, karena kau tak boleh rindu padaku lagi, namun aku ingin sekali melihatmu karena aku tak membatasi perasaan dan mengekang rinduku. Untuk itulah aku bersembunyi darimu. Karena aku boleh melihatmu dan kau tak boleh melihatku.

Sekar, aku ingin kau mengerti bahwa ini bukan tentang sebuah pengorbanan, ini adalah soal bagaimana kita seharusnya, bagaimana kita saling mencintai dalam ketidakberdayaan kita.

Suatu hari nanti boleh jadi kita akan saling membenci dan melupakan, untuk itulah aku selalu menulis untukmu sebisaku, aku tak ingin pengakuan, aku hanya ingin melakukan sesuatu yang memang hanya untukmu, paling tidak untuk saat ini. Tulisanku ini akan setia kepadamu, Sekar. Sedangkan aku sendiri akan sangat mungkin berubah.

Kelak, jika aku harus melepasmu lagi untuk sebuah perpisahan yang jauh lebih lama, aku ingin kita berdua punya kekuatan untuk melenyapkan rasa ingin saling menanti yang selama ini selalu ada. Selalu kita hidupi.

Peluk terhangat dariku untukmu..

(Surakarta, 27 Mei 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya