Jumat, Desember 31, 2010

Narasi Malam

Oleh: Fariha Ilyas




Malam ini ada banyak orang yang sedang hanyut dalam sebuah novel yang dibacanya, entah itu kisah cinta usang, atau sebuah cerita tentang makhluk-makhluk dan peristiwa imajinasi. Malam seperti ini laksana teman bagi mereka.


Malam ini ada banyak orang yang terjaga demi mendaras angka-angka, memecahkan hitungan-hitungan rumit demi tanggung jawabnya pada bidang ilmu yang ditekuninya. Malam seperti ini menjadi semacam bukti relativitas waktu bagi mereka yang merasa waktu berjalan tak seperti biasanya.


Malam ini ada banyak orang yang menjelang tidurnya masih memikirkan rangkaian gerak koreografis, demi terciptanya sebuah tarian yang memukau. Sebagian yang lain masih menggores-gores cat minyak di atas permukaan kanvasnya yang lebar dan menantang. Ada pula yang sedang menggesek dawai biolanya, mencari nada-nada yang tepat, menyatukannya dalam komposisi yang utuh dan harmonis. Malam bagi mereka adalah sebuah telaga inspirasi.


Malam ini ada banyak orang yang tak henti bergoyang, berbicara tak jelas dengan separuh kesadarannya, dengan dibasahai tajamnya alkohol yang menjalar mengikuti aliran darahnya. Sebagian yang lain sedang berolah asmara dengan wanita-wanita tuna susila yang sama-sama muak dengan kehidupannya sendiri. Malam bagi mereka adalah sebuah tempat persembunyian sekaligus pembebasan.


Malam ini ada banyak orang yang selalu terjaga, dengan pikirannya yang tak lepas dari satu titik. Seseorang yang kehilangan rasa di luar dirinya, orang-orang yang khusyuk dalam sebuah perjalanan transenden. Orang-orang ini sedang mendekatkan dirinya pada tuhan. Malam bagi mereka adalah bukan malam, bukan pagi, bukan sore, ataupun siang. Malam bukan apa-apa.


Malam ini banyak orang yang sedang tidur lelap sekali, dengan aneka mimpi yang merupakan kelanjutan dari kehidupannya hari ini. Rutinitas yang tak perlu dipikirkan lagi. Malam bagi mereka adalah bius.


Malam ini banyak orang yang sedang menahan sakit yang sebenarnya telah menjadi teman setianya beberapa tahun belakangan ini. Malam bagi mereka adalah sebuah keberlanjutan dari apa saja yang mereka rasakan.


Malam ini ada banyak sekali bayi yang lahir, dengan membawa berbagai harapan akan masa depan, baik sempit ataupun luas konsep masa depan yang kita pikirkan itu. Malam bagi bayi-bayi ini adalah sebuah dunia baru.


Malam ini banyak orang yang sedang berdebar-debar karena esok ada sebuah keputusan yang harus diambil, esok adalah hari yang dianggapnya sebagai sebuah hari penentuan dan perubahan. Malam bagi mereka adalah sebuah batas.


Malam ini ada yang banyak kelompok orang yang sedang menempuh sebuah perjalanan panjang. Mereka kelelahan, bimbang, dan mulai terganggu akan keputusan yang belum lama diambilnya. Malam bagi mereka adalah pengundang keraguan.


Malam ini ada banyak orang yang sedang mengingat sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Entah seseorang, benda, atau peristiwa. Malam seperti ini adalah saat yang memberi kebebasan bagi masa lalu untuk menyeruak ke luar.


Malam ini banyak orang yang sedang menulis, menulis apa saja, tentang mimpi, tentang dunia baru dengan peristiwa-peristiwa khayali, atau tentang sebuah angan tak sampai yang dilempar tanpa ampun menjadi sebuah dongeng. Malam seperti ini adalah saat sublimasi.


Malam ini banyak sekali orang yang duduk terpekur di emperan toko, di kota-kota yang tak peduli. Malam seperti ini adalah derita, karena malam tak memberi jawaban akan hari esok yang diri mereka sendiri pun tak pernah yakin.


Malam ini banyak muda-mudi yang sedang meratap karena merasa cintanya kandas, atau baru saja merasakan siksaan rindu yang mudah saja meruntuhkan akal waras manusia. Malam seperti ini bagi mereka adalah saat kehilangan, kehilangan sesuatu yang tak ada.


Malam ini banyak orang tua yang saling bicara lirih di tempat tidur, tentang anak-anak mereka yang mulai berubah, bertumbuh, entah sesuai yang mereka harapkan atau tidak. Malam seperti ini adalah sebuah ruang perbandingan antar generasi.


Malam ini banyak sekali orang mati. Ada yang ditangisi, ada pula yang mengundang gelak tawa. Ada yang mati karena sakit, ada yang mati karena dibunuh, ada juga yang mati bunuh diri. Bagi mereka malam ini adalah pintu rahasia terbesar dalam hidup.


Malam ini ada banyak orang yang sedang merenung, mengenali dirinya kembali. Mengidentifikasi kembali sosok paling misterius di bumi ini, diri mereka sendiri. Bagi mereka malam seperti ini adalah sebuah kemungkinan akan datangnya cahaya kebenaran.


Malam seperti ini adalah narasi tak berkesudahan tentang hidup, tentang manusia yang membuat narasi itu sendiri. Manusia hidup di dalam kepungan narasi yang dicerapnya semenjak ia mampu berpikir. Manusia lalu menjalani kehidupan diantara narasi-narasi yang tumpang tindih antara masa lalu dan masa depan, dan titik ambiguitas kedua narasi itulah masa kini.



(Untuk orang-orang yang kucintai, kubanggakan dalam hidup. 31 Desember 2010


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya