Jumat, Desember 31, 2010

Cermin Senja

Oleh: Fariha Ilyas





Saat senja kulihat cermin di jalanan. Cermin yang tercipta karena hujan yang mengguyur sore itu. Awan kelabu masih menggelayut di atas kepalaku, namun jauh di ufuk barat matahari bersinar terang memancarkan semangat kebebasan di benakku.


Ups, terbanglah pikiran ini tak tentu arah, berputar-putar seirama tiupan angin yang membentur bukit-bukit yang tegak ribuan abad, lalu mendarat pada sosok pencinta senja yang setia. Apakah yang kau katakan kepadanya, wahai senja? Hingga dia jatuh hati kepadamu. Apakah yang membuatmu terpikat wahai pencinta senja? Hingga kau selalu mengawasi setiap inci gerakan matahari yang mulai bersembunyi dari belahan bumi yang kau tapaki.


Ada dongeng usang tentang semburat sinar yang menerobos sela-sela awan kala senja tiba. Tentang para penantang matahari yang berkelahi dan melempar jaring-jaringnya agar matahari tak cepat beranjak dari bentang langit. Namun aku tak yakin bahwa dongeng itulah yang selalu membuatmu terpaku di hadapan Sang Pelukis langit saat gradasi warna terlukis dengan indahnya. Ada sesuatu yang kau sembunyikan. Rapat sekali.


Pelan-pelan kupahami bahwa hubungan antara senja dan pencintanya adalah bagian dari sebuah proses pemaknaan yang tak akan pernah berhenti. Lihat saja senja yang selalu berbeda setiap hari, walau kita selalu berada di tempat yang sama sekalipun. Senja selalu menghadirkan romantika dari lumuran waktu di sekujur tubuh makhluk yang kesemuanya berlabel fana. Senja memberi gambaran kefanaan itu dengan cepatnya ia berlalu, menyeret, dan membujuk gelap menggantikannya. Itulah sedikit dari makna yang lahir dari pencintamu.


Senja, kau tak bermakna tanpa pencintamu. Wahai para pencinta senja, esok saat senja kembali membuai dengan nostalgia-nostalgia, aku yakin kau masih akan terpaku, sama seperti dulu. Karena esok senja akan membawa pikiranmu ke lokus-lokus nostalgia yang berbeda. Tentang apa saja yang telah kau lewati bersama sang waktu. Dan tetaplah diam di tempatmu berdiri. Karena harmoni ini adalah sebuah lumbung makna-makna, karena senja adalah cermin bagi pencintanya.


(Surakarta, 4 November 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya