Jumat, Desember 31, 2010

Ingin Kumuntahkan

Oleh: Fariha Ilyas




Setelah berulang kali hujan turun, apakah bosan harus datang, dan membiarkan hujan yang kesekian kalinya ini lewat tanpa kesan?


Aku hanyalah salah satu dari mereka yang menitipkan banyak hal yang terlalu berat untuk kutanggung sendiri.

Kutitipkan semua itu pada hujan..


Basah sudah tanah pekarangan tanpa rumput itu. Beberapa waktu lewat dengan segera. Ingin kumuntahkan kembali segala sumpah yang pernah meluncur dari mulut ini. Namun bukan hanya aku saja yang tahu bahwa sumpah adalah nyawa dan kehormatan. Apa pula guna kehidupan ini? jika tak pernah merasakan beratnya tanggung jawab sepi. Tanggung jawab yang hanya kita sendiri yang mengerti. Tuhan tak pernah memaksa kita untuk lakukan semua, namun kita sebenarnya tahu apa yang dikehendaki diri dan segala yang menopang hidup kita di sini.


Hujan turun tanpa beban, lepas saja karena memang itu yang diinginkan alam. Bahkan saat caci-maki berhamburan mengiringi tetes pertamanya, hujan tetap saja tunduk pada apa yang seharusnya dipatuhi. Hujan memang tak berkehendak seperti itu, dan analogi-analogi semacam itu adalah bodoh belaka. Apalagi yang lebih masuk akal daripada sebuah kesadaran? Bahwa pertentangan-pertentangan ini sebenarnya tak pernah terjadi di luar sana, tidak saat terang matahari, tidak pula saat gelap merayap sebagian hari.


Segala kejadian, perselisihan, dan peperangan hanya terjadi di rongga dada yang penuh sesak oleh banyak sekali hal yang tidak ingin diterima. Itulah kenapa ingin kumuntahkan segala sumpahku, yang membuatku menerima banyak hal yang tidak ingin kuterima. Mungkinkah?

Hujan reda, tapi tidak dengan luka-luka......


Kutitipkan lukaku pada hujan yang menghilang, kuhirup aromanya, mengosongkan rongga dada yang sekian lama terasa sesak......


(Surakarta 3 Desember 2010)


0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya