Jumat, Desember 31, 2010

Gemerisik Dedaunan (5)

Oleh: Fariha Ilyas


Seringkali aku tak mampu menangkap

Isyaratmu lewat cuaca

Matahari, ombak di laut

Sering membisikkan yang bakal terjadi


(Ebiet G. Ade, Bahasa Matahari)


Keluarga itu adalah sebuah keluarga yang nampaknya cukup bahagia. Setiap pagi selalu saja terdengar nyanyian merdu dari rumah mereka, aku mendengar nyanyian itu dari dalam kamarku. Dan selalu saja aku merasa disuntik kekuatan yang sangat besar dan seketika kantuk yang menggelayut di mataku sirna, hanya karena nyanyian sebuah keluarga kecil.


Aku tak tahu pasti dari mana keluarga itu berasal, dan kapan nyanyian itu mulai tertangkap oleh telingaku. Semua itu mungkin tak terlalu penting, yang terpenting adalah sekarang setiap pagi aku bisa bangun dari tidurku dengan suntikan energi yang menguatkan.


Kadang aku ingin mengunjungi keluarga yang riang itu, namun hatiku berkata bahwa kedatanganku mungkin akan membuat mereka tidak nyaman, merasa terusik, bahkan terancam. Kuurungkan niatku untuk mengunjungi mereka. Tak mengapa, setelah sekian lama aku menjadi pendengar setia nyanyian mereka aku mulai mengerti apa yang mereka nyanyikan. Mereka menyayikan sebuah lagu panjang tentang segala yang mereka rasakan saat itu juga, semenjak matahari mulai terbit dengan sinar yang menghidupkan. Mereka menyerukan kepada alam tentang sebuah partitur yang harus dimainkan hari itu.


Keluarga itu tinggal di sebuah dahan, tak seberapa jauh dari jendela kamarku. Sebuah keluarga kecil yang tidak kukenal, namun selalu mewartakan jalan yang akan kulalui hari ini.


(Surakarta, Suatu pagi, 14 Agustus 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya