Oleh: Fariha Ilyas
Sebuah Tragedi Ingatan
Untuk Sekar, Laras, Kembara, dan kawanku yang selalu gundah..
Beberapa tahun ini, mungkin kalian berpikir bahwa aku telah hilang dan lupa pada masa lalu kita. Kalian mungkin berpikir bahwa aku telah larut dalam sebuah kehidupan baru yang lengkap, yang menggantikan seluruh yang kutinggalkan jauh di sana. Kalian mungkin benar, namun tak sepenuhnya.
Surat-suratku pada kalian adalah sebuah bukti yang tak terbantahkan tentang suatu hal yang tak dapat kubuang atau kumatikan, bahkan dengan menimpanya dengan sebuah kehidupan baru yang lengkap. Hal itu adalah ingatan.
Betapa sulit bagiku untuk melupakan kisah. Sepertinya kita memang dihukum untuk mengingat banyak hal-kalau tidak dapat kukatakan semua hal. Bisa saja kita tak merasa ada yang salah perihal ingatan yang kita miliki ini. Namun butuh lebih dari sekedar hati yang luas untuk menampung segala ingatan yang tak seluruhnya dapat kita terima dengan lega, atau kadang kita ingkari, naif sekali.
Saat aku mengingat segala kebaikan masa lalu, aku tersenyum dan ingatan mendatangkan semacam kebagiaan yang menyejarah dan monumental. Kebagagiaan yang tak habis-habis, tak pernah hilang. Saat kuingat beberapa kesalahan masa laluku, aku hanya sedikit tersenyum karena saat ini aku telah mampu memperbaiki kesalahan-kesalahan itu. Hanya terjadi riak kecil dalam pikiranku saat mengingatnya. Namun saat aku teringat tentang sesuatu yang enigmatik, aku menjadi seperti dihantam gelombang mahadahsyat yang menghempaskanku ke karang-karang tajam, sakit sekali dan aku terluka lagi.
Betapa beratnya memiliki ingatan, apalagi ingatan tak pernah memiliki jadwal tetap untuk menyeruak. Saat mata ini baru saja terbuka seringkali yang pertama terjadi adalah sebuah tragedi yang usang, namun selalu melukai. Aku hampir mati dalam tragedi ingatan ini.
Dalam hiruk-pikuk kehidupanku di sini, dalam kehidupan yang lengkap ini, sebenarnya tersimpan sebuah ruang kecil dalam ingatanku, yang-walaupun kecil-, merupakan sebuah tempat yang tak tersentuh kuasaku untuk menghapuskannya.
Sekar, Laras, Kembara, dan kawanku yang terasing..
Aku ingin membaca kisah kalian, tentang ingatan-ingatan yang kalian simpan. Apakah kalian pernah berlari dari ingatan-ingatan itu?. Seperti yang selama ini kulakukan.
(Surakarta, 11 Mei 2011)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya