Rabu, Mei 11, 2011

Surat dari Han (2)

Oleh: Fariha Ilyas

Cerita Orang-orang Biasa

"Dari masa-ke masa, dari milyaran manusia yang turun temurun menghuni bumi, sebagian lahir dengan diberkahi kekuatan-kekuatan yang langka dan menakjubkan, intuisi terhadap hal-hal yang tidak dikenali, imajinasi untuk menciptakan dunia-dunia baru dan kecakapan untuk menemukan hubungan-hubungan tersembunyi dari fenomena tertentu". (Alexis Carrel, dalam bukunya “Man, The Unknown” )

Untuk Sekar, Laras, Kembara, dan untuk kawanku yang selalu terjerat resah.

Dalam pengembaraanku yang panjang ini banyak sekali kutulis apa yang sempat kujumpai. Aku berharap semua yang kukirimkan lewat surat-surat ini dapat menjadi pembanding dari apa yang kalian alami dan rasakan di sana.

Setelah sekian lama aku pergi dan bergulat dengan pencarian ini, saa ini hadir keinsyafanku akan diri kita, orang-orang biasa ini. Telah kutemui banyak orang yang dikaruniai kemampuan luar biasa untuk melakukan hal-hal yang jauh lebih hebat dari apa yang mampu kupikirkan. Dapat kau bayangkan bagaimana perasaanku saat itu. Aku, orang biasa -yang harus mengalami berbagai kesulitan untuk sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan hidupku yang sederhana- tentu merasa jatuh tersungkur, aku merasa tak pernah mencapai apa-apa.

Kemudian aku teringat tentang kalian, tentang anak-anak manusia yang sedang dalam pergulatan, terombang-ambing perasaan yang belum sepenuhnya mapan. Bukan maksudku untuk mengendurkan gairah pencarian kalian. Aku hanya ingin kalian membaca kembali cerita tentang kita, orang-orang biasa. Karena kita tak pernah menemui hal-hal yang dihadapi manusia-manusia raksasa itu, kita tak pernah memikirkan hal-hal yang dipikirkan oleh mereka yang telah menaklukkan waktu, mengukir nama mereka dalam-dalam di permukaan monumen sejarah peradaban.

Aku ingin kita meresapi kembali dan tak sekedar membaca cetak biru diri kita, orang-orang biasa. Agar kita mengerti bahwa tak ada hal-hal istimewa yang kita miliki. Tak ada benteng baja di hati kita yang begitu mudah lumpuh oleh sedikit kekecewaan. Tak ada gemerlap cahaya kecerdasan yang memancar dari pikiran kita yang mudah suram saat sedikit saja kesulitan membungkusnya. Aku ingin kita tahu bahwa kita adalah orang-orang biasa.

Kita hidup dan menatap hidup sebagai orang-orang biasa, kita pun kelak akan mati sebagai orang-orang biasa. Tak lebih dari catatan kaki sejarah. Hanya pelengkap, bukan bagian utama. Karena kita orang-orang biasa.

Sekar, laras, kembara, dan kawanku yang sedang dalam pencarian. Aku sungguh berharap kalian selalu menggores kisah kalian, dalam lembar-lembar yang telah akrab, dalam keseharian yang sederhana, kita orang-orang biasa, hanya mampu menuliskan diri kita sendiri, agar tak hilang oleh waktu yang selalu melahirkan pembaharu kita dalam berpikir dan bertindak. Aku berharap kita semua merasakan kegagalan yang menyakitkan, yang menghabisi seluruh semangat yang kita miliki, membunuh ruh perjuangan yang kita hidupi. Aku ingin kita semua merasakan hal itu. Karena hanya itulah peluang kita untuk merubah jalan hidup ini. Saat kita hampir binasa, di hadapan kita akan terbentang lembar pilihan. Saat itulah akan muncul kesempatan untuk kita. Karena sepanjang yang kuketahui, para raksasa juga mengalami hal itu, dan mereka memilih menjadi raksasa, bukan memilih menjadi orang biasa.

Kita buang cetak biru kita yang melumpuhkan, karena cetak biru itu tak ada. Itu hanyalah rasa takut kita yang menjelma.


(Surakarta, 11 Mei 2011)

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya