Oleh: Fariha Ilyas
Jujur saja, memang tulisan ini awalnya berawal dari perasaan aneh yang timbul saat beberapa notes saya dimaknai berbeda dengan apa yang saya maksudkan. Dengan ini saya menyatakan (halah kok malah kayak teks proklamasi), dengan ini saya ingin menceritakan sumber dan motivasi penciptaan saya (dalam menulis). Harapannya sih semoga bermanfaat. Saya ambilkan sepuluh tulisan saya yang terakhir. Memang banyak sekali buku-buku tentang cara-cara menulis, proses kreatif, metode penciptaan dan lain sebagainya, tulisan ini tidak lebih dari wilayah itu. Namun saya sendiri tidak pernah membacanya, alias mengalir saja. Pelajaran menulis yang saya terima tidak bisa “nyantol” di kepala saya. Toh tanpa itu saya masih bisa menulis, dalam artian menulis untuk mengungkapkan isi pikiran. Bukan menulis sebuah karya yang baik. Langsung saja, tancap!!!!!!
SUMBER PENCIPTAAN
Ketika Musim Glagah Tiba: Kata kuncinya adalah nostalgia, setiap kita pasti punya nostalgia, yang personal sifatnya. Jadi nostalgia-nostalgia itu dapat terus kita jadikan sumber penciptaan. Dan seiring berlalunya waktu dan bertambahnya wawasan kita, kedewasaan kita maka sumber penciptaan yang bersumber dari nostalgia ini akan mengundang tafsir yang berbeda. Walaupun obyek masih sama, penafsir pun masih sama (kita sendiri).
Alasan Mencintai: Bersumber dari kegelisaan atas ketidakmampuan diri membongkar segala bentuk oposisi yang terkonstruksi dalam pikiran. Terlalu banyak alasan yang saya punya untuk melakukan tindakan, bahkan tindakan yang sebenarnya ingin saya lakukan tanpa pamprih, tapi keinginan itu sendiri mengundang pamrih. Sebuah paradoks dalam logika yang rasanya sulit dibongkar. Adapun Tokoh “Sekar” di sini adalah metafora dari tujuan-tujuan. Supaya tulisan ini lebih mudah dimengerti lewat kasus-kasus yang lebih akrab misalnya ya dalam percintaan antar manusia.
Gerak Sunyi: Berawal dari masalah internal yang berat sekali bagi saya pribadi. Kebetulan waktu itu ada acara Solo Menari 24 Jam. Diantara gegap gempita perhelatan itu saya meminjam tari-tarian sebagai metafora dari potensi buruk kita (katakanlah syetan) dan potensi baik kita (katakanlah malaikat). Walau sebenarnya syetan dan malaikat itu sendiri adalah metaof juga untuk dualisme kemanusiaan kita yang sulit dilepas-lepas. Dalam pikiran saya dua potensi itu selalu menari-nari, menggoda untuk kita tanggapi. Namun semuanya hanya terjadi dalam benak kita, tak berwujud. Padahal itulah gerak mahadahsyat yang serig kita alami.
Gemerisik Dedaunan (7): Tulisan ini masih tergolog egois karena melulu menceritakan perasaan saya sendiri, cerita tentang apa yang saya alami. Mungkin akan sulit membangkitkan emosi orang lain. Walaupun kita sama-sama pernah mengalami banyak peristiwa yang berkesan dalam diri kita dan bisa saja peristiwa tersebut serupa. Namun tafsir saya mungkin berbeda, atau mungkin sama dengan pembaca (kalo ada yang baca, hehe).
Image, Dance, Music, Text: Kata kuncinya adalah batas. Upaya manusia dalam mencapai sesuatu memang berlainan, banyak sekali macamnya. Saya ambil sedikit saja dari hal itu, yaitu upaya manusia menggapai keindahan. Beragam kesenian pada hakikatnya sama dan sebenarnya saya ingin sekali merasakan sensasi keindahan yang (mungkin) sedikit berlainan diantara beragam jenis kesenian. Semua memang tergantung selera, namun saya rasa yang terbaik adalah memahami semuanya dengan pandangan yang lebih luas. Agar kita mengerti apa yang orang lain rasakan dan alami.
Untukmu, Kekasihku: Bersumber dari nihilisme yang seringkali merasuki pikiran saya. Saya ungkapkan pemahaman saya tentang nihilsme itu. Sulit sekali bagi saya yang kurang pengetahuan ini untuk menuliskannya. Adapun “Kekasih” di sini bisa dimaknai siapa saja. Bukan menunjuk pada lawan jenis saja tetapi lebih kepada sesama.
Surat Dari Han: Tulisan ini bermula sewaktu terjadi peristiwa Bom di Cirebon. Seperti biasa, “Han” yang merupakan alter ego saya kembali berperan, memberi saya beberapa untai pandangannya, yang tak lain tak bukan adalah bertujuan saya yang lemah dan tak berdaya ini untuk mengambil sikap dan melakukan sesuatu untuk dunia dan kehidupan yang sedang melingkupi saya.
Jika: Tulisan ini lama sekali mengendap dalam pikiran saya, dan saya sendiri masih belum puas dengan apa yang telah saya ungkapkan dengan tulisan ini. Ada hal-hal yang saya pahami (secara subyektif), namun sulit saya ungkapkan karena belum saya temukan logika bicara yang tepat. Namun akar dari permasalahan yang saya pikirkan tak lepas dari jejaring simbol (religi, moral, pengetahuan, ekspresi).
Rupa-Rupanya: Berawal dari proses petualangan spiritual saya pribadi yang selama ini melemparkan diri dari pada pusaran yang tanpa batas (yang sudah dekat dengan saya pasti sedikit lebih tahu apa yang saya maksudkan). Sebagian besar tulisan saya memang mengarah ke situ. Yah saya dengan sekuat tenaga ingin memisahkan diri dari tuhan, saya ingin menjadi musuh tuhan, tak ada keraguan untuk memilih menjadi mush tuhan, karena saya beranggapan bahwa tuhan menyayangi siapa saja, termasuk musuh-musuhnya.
Surat Untuk Han (5): Lagi-lagi hanya soal nihilisme, oposisi biner, struktur, dan kekuasaan. Hal ini menjadi sumber penciptaan paling dominan yang sampai sekarang masih sering mendorong saya untuk menuliskannya.
MOTIVASI PENCIPTAAN
Adapun hal-hal yang terus memotivasi saya dalam menulis adalah:
1. Pada dasarnya saya sering bercerita, mengungkapkan pikiran kepada orang yang paling dekat dengan saya yang sering kita sebu sebagai pacar atau kekasih. Setiap kali saya tidak bisa bercerita kepada kekasih saya, saya akhirnya menulis. Jadi semakin banyak saya menulis, sebenarnya saya dalam keadaan yang sedih. (kok jadi curhat, hahaha). Tapi awalnya memang semua tulisan saya ini saya dedikasikan bukan kepada tuhan atau kehidupan, tetapi kepada seorang wanita yang saya sayangi dan cintai.
2. Khawatir. Rasa khawatir sering mengusik, saya adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak pernah berpikir untuk hal-hal besar, tidak pernah melakukan hal-hal besar. Semua serba standar. Suatu ketika saya memohon kepada tuhan agar saya dipanggil saja kalau memang saya tidak berguna dalam kehidupan ini. Saya khawatir hanya menjadi pelancong saja dalam hidup ini. Hanya menikmati kesenangan-kesenangan saja. Sudah banyak kesenangan yang saya nikmati. Menulis merupakan penyeimbang hidup saya. Supaya tidak jelek-jelek amat jadi orang. Hehehehe...
3. Mencari kemungkinan lain dari diri saya. Pada dasarnya saya adalah orang yang kasar, tidak menganut agama dengan sepenuh hati, tidak tunduk-tunduk amat pada tuhan, abnormal (kalo dibandingkan dengan orang-orang yang berlabel normal). Tapi saya tidak percaya kalau diri saya hanya itu. Lewat tulisan, saya ingin mengungkapkan apa yang saya pikirkan di ruang lain dalam otak saya. Karena itulah pembaca terbaik saya adalah orang yang tidak menganggap saya sebagai penulisnya. Baca aja, kalo baik ya dipake, kalo enggak ya tinggalkan saja. Kalo pembaca melihat saya, saya jamun akan jijik dan segera berdo’a kepada tuhan agar jangan ada lagi orang seperti saya.
Tulisan ini bukan upaya untuk mengarahkan seseorang dalam penafsiran. Karena begitu tulisan lahir, ia telah menjadi milik pembaca, dan penafsiran sudah berada di pikiran pembaca. Saya hanya ingin mengatakan bahwa banyak sekali potensi dalam diri kita yang bisa kita ungkapkan lewat berbagai cara. Namun demikian sebenarnya hal yang paling sulit adalah membangkitkan nilai-nilai asali dari setiap peristiwa, mencari metafora yang pas, agar apa yang kiat buat dapat menyentuh banyak orang, tidak hanya sekedar curhat. Dalam hal ini saya butuh masukan dari siap saja yang mau menularkan pengetahuannya kepada saya.
Untuk teman-teman semua, saya bahagia sekali telah bersinggungan dengan kalian, yang suka menulis semoga tetap semangat, terutama buat mbak Supertwin yang secara tidak langsung menjadi motivator saya dalam menulis. Teman-teman, aku mencintai kalian dalam segala kelemahan ini. Aku selalu mencari jalan agar cinta ini tidak terbatasi oleh apapun. Karena hanya ada kita, kita, dan kita.
(Surakarta, 6 Mei 2011)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis apa yang anda pikirkan terkait tulisan-tulisan saya